Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lawan Tekanan AS, China Merapat ke Eropa

Menteri Luar Negeri Wang Yi memulai tur Eropa selama seminggu pada Selasa, 25 Agustus 2020 dengan rencana pemberhentian di Italia, Belanda, Norwegia, Prancis dan Jerman.
Menteri Luar Negeri China Wang Yi /Istimewa
Menteri Luar Negeri China Wang Yi /Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - China kini merapat ke Eropa untuk melawan kampanye Amerika Serikat yang mengimbau sekutu menghindari kerja sama dengan Beijing.

Menteri Luar Negeri Wang Yi memulai tur Eropa selama seminggu pada Selasa, 25 Agustus 2020 dengan rencana pemberhentian di Italia, Belanda, Norwegia, Prancis dan Jerman. Perjalanan itu dilakukan setelah dua kunjungan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo ke Eropa dalam beberapa bulan, di mana ia memperingatkan bahwa China merupakan ancaman yang lebih besar daripada Rusia.

Di Roma ketika menghadiri pertemuan dengan Menlu Luigi Di Maio, Wang mengatakan bahwa hubungan China dengan Uni Eropa sedang dalam tren positif.

"Namun hubungan kami menderita karena provokasi dan juga kerusakan dari kekuatan eksternal, jadi kami harus berkonsentrasi pada kepentingan bersama kami," kata Wang, dilansir Bloomberg, Rabu (26/8/2020).

Dia menekankan bahwa China tak ingin memulai perang dingin atau pun membiarkan negara lain melakukannya demi kepentingannya sendiri dan merugikan negara lain.

Bagi China, perjalanan ke Eropa adalah bagian dari dorongan yang lebih luas untuk menstabilkan hubungan utama di seluruh dunia, terutama karena AS berusaha untuk mencegah Huawei Technologies Co keluar dari jaringan 5G, mengubah rantai pasokan global, dan memblokir aplikasi China seperti TikTok dan WeChat.

Sementara itu, China baru-baru ini mengurangi retorikanya terhadap AS dan kedua belah pihak minggu ini menegaskan kembali komitmen terhadap kesepakatan perdagangan fase satu.

Selain kunjungan Wang Yi ke Eropa, pemimpin China lain juga baru-baru ini melakukan perjalanan ke Singapura dan Korea Selatan. Yang Jiechi, seorang anggota Politbiro yang mengawasi urusan luar negeri China, juga mendorong KTT trilateral tahun ini antara China, Korea Selatan, dan Jepang, sekutu AS lainnya.

"Apa yang China lakukan adalah menjaga hubungan dengan negara lain tetap normal dan menampilkan dirinya dengan cara yang lebih obyektif," kata Gao Zhikai, mantan diplomat dan penerjemah China untuk mendiang pemimpin China Deng Xiaoping.

Wang mengatakan bahwa dia ingin memperkuat kerja sama dengan negara-negara Eropa dalam memerangi pandemi, serta melindungi multilaterisme dan melihat program infrastruktur global Belt and Road Initiative sebagai kekuatan pendorong untuk meningkatkan hubungan ekonomi dengan Italia.

Menteri Luar Negeri Di Maio mengatakan PipeChina dan Italia Snam SpA menyetujui proyek kemitraan di pasar gas China pada hari kunjungan Wang.

Menurut seorang peneliti di Akademi Ilmu Sosial China yang enggan disebutkan namanya, signifikansi strategis Eropa untuk Beijing telah meningkat karena hubungan dengan AS memburuk dan Pompeo berupaya membangun blok negara-negara antichina.

Sementara KTT China-UE virtual pada Juni tidak berjalan dengan baik, Beijing melihat hubungan memanas karena Eropa ingin menghidupkan kembali ekonominya setelah pandemi. Awal bulan ini, Pompeo memberikan pidato di depan Senat Ceko di mana dia mengatakan gelombang telah berbalik melawan China di AS dan mulai terjadi di Eropa.

"Dominasi dunia China tidak bisa dihindari," katanya.

Merujuk pada serangkaian sanksi yang diberikan AS kepada China, dia mengatakan adminitrasi Donald Trump telah mengeluarkan pencuri kekayaan intelektual dan memberikan hukuman kepada pelanggar hak asasi manusia.

Adapun China telah berusaha menyalahkan Pompeo karena memperburuk hubungan dengan AS sambil mengajukan banding ke pembuat kebijakan yang lebih luas.

Sementara itu di Prancis, juru bicara Kementerian Luar Negeri Zhao Lijian memuji hubungan China dengan negara itu. Dia menyebutkan bahwa Presiden Xi Jinping telah mengadakan empat panggilan telepon tahun ini dengan mitranya, Emmanuel Macron.

"China dan Prancis sama-sama negara besar di Dewan Keamanan dan juga memiliki tradisi kemerdekaan. Kami harus terus mengikuti konsensus dari kedua kepala negara kami," kata Zhao.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper