Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Melemah, Bank Sentral Asia Bisa Longgarkan Suku Bunga

Pelemahan dolar AS membendung gelombang arus keluar modal, sehingga memberi bank sentral pilihan untuk menurunkan suku bunga tanpa terkekang oleh modal atau kenaikan harga.
Seorang pria menghitung lembaran uang euro dan dolar AS./Bloomberg-Kerem Uzel
Seorang pria menghitung lembaran uang euro dan dolar AS./Bloomberg-Kerem Uzel

Bisnis.com, JAKARTA - Pelemahan dolar AS memberi bank sentral di Asia ruang untuk melonggarkan kebijakan moneter lebih lanjut di tengah kekhawatiran bahwa pemulihan ekonomi kawasan akan stabil.

Penurunan 10 persen pada indeks dolar Bloomberg sejak Maret telah membendung gelombang arus keluar modal yang dipicu oleh pandemi virus corona dan menarik investor asing kembali ke pasar modal Asia.

Dinamika itu memperkuat mata uang lokal dan membatasi inflasi, memberi bank sentral pilihan untuk menurunkan suku bunga tanpa terkekang oleh modal atau kenaikan harga.

Sementara banyak yang memilih untuk menahan suku bunga untuk saat ini, bank sentral di Asia memiliki keleluasaan untuk pelonggaran dan penggunaan perangkat lain yang ditargetkan untuk memacu pinjaman.

"Dolar AS yang lemah berada pada keseimbangan positif untuk ekonomi Asia dan kabar baik bagi bank sentral," kata Janet Mui, direktur investasi di Brewin Dolphin Holdings Plc di London, dilansir Bloomberg, Rabu (12/8/2020).

Semua mata uang Asia telah menguat terhadap dolar AS sejak Indeks Spot Dolar Bloomberg mencapai puncaknya pada akhir Maret. Rupiah memimpin kenaikan lebih dari 10 persen, sementara won Korea Selatan telah meningkat hampir 7 persen.

Penangguhan dolar dilakukan karena kebangkitan kembali virus corona mengancam pemulihan ekonomi yang sudah rapuh. Goldman Sachs Group Inc. bulan lalu memperingatkan bahwa ekonomi Asia-Pasifik, yang menyumbang lebih dari 70 perden pertumbuhan global pada 2019, melewati titik perubahan besar pada Juni ketika laju pembukaan kembali kawasan itu melambat secara material.

China dan Vietnam adalah di antara sedikit negara di Asia yang diproyeksikan tumbuh tahun ini.

Para ekonom mengatakan sebagian besar pelonggaran darurat kemungkinan akan berakhir lebih banyak langkah kebijakan masih diharapkan.

Bank of Thailand bulan ini menahan suku bunga acuan pada level terendah sepanjang masa dan mengatakan siap untuk menggunakan kebijakan moneter tambahan untuk mendukung ekonomi. Bank sentral India juga menahan suku bunga pada rekor terendah minggu lalu sambil menguraikan berbagai langkah untuk mendukung sektor perbankan yang rapuh.

Bank sentral Selandia Baru diperkirakan akan tetap stabil meskipun pengangguran dapat menekannya untuk mengambil langkah. Indonesia dan Filipina, yang akan mengumumkan keputusan kebijakan minggu depan, telah memangkas suku bunga secara agresif tahun ini dan menggunakan alat lain, seperti mengurangi rasio cadangan bank, untuk mendukung pertumbuhan.

Sisi buruk dari kelemahan dolar termasuk mata uang lokal yang lebih kuat yang membuat ekspor menjadi kurang kompetitif.

Beberapa bank sentral telah membatasi apresiasi dengan membeli dolar atau memanfaatkan kelemahannya untuk mengisi kembali cadangan mata uang asing.

Kepemilikan mata uang asing China naik US$54,9 miliar, atau 1,7 persen, dari bulan sebelumnya menjadi US$3,3 triliun pada Juli. India telah mengakumulasi jumlah cadangan devisa yang mencapai rekor senilai hampir US$535 miliar.

Chua Hak Bin, ekonom senior di Maybank Kim Eng Research Pte. di Singapura, mengatakan dolar yang lebih lemah akan memungkinkan para pejabat untuk melampaui penurunan suku bunga dan mempertimbangkan pelonggaran kuantitatif tanpa takut arus keluar modal. Bank sentral Indonesia telah memberanikan diri untuk mendanai langsung pemerintah.

"Dolar AS yang lebih lemah dapat mendorong beberapa bank sentral Asia untuk memonetisasi defisit fiskal dan utang karena dampak pada mata uang mereka sendiri dan inflasi akan lebih kecil," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper