Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mungkinkah Taiwan Jadi Hong Kong Kedua bagi China?

Taiwan berada di dalam tekanan China agar menerima pemberlakuan model otonomi "satu negara, dua sistem" seperti Hong Kong.
Dua pesawat tempur China J-11 dan satu pesawat pengebom H-6K berpatroli di wilayah udara antara China daratan dan Taiwan, Senin (10/2/2020)./Antara-Xinhua
Dua pesawat tempur China J-11 dan satu pesawat pengebom H-6K berpatroli di wilayah udara antara China daratan dan Taiwan, Senin (10/2/2020)./Antara-Xinhua

Bisnis.com, JAKARTA - Kunjungan Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS Alex Azar menemui Presiden Taiwan Tsai Ing-wen akhir pekan lalu memicu kemarahan China.

Taiwan menghadapi posisi yang semakin sulit karena China menekan negara pulau yang masih dianggap sebagai bagian dari provinsi China itu.

China mendesak Taiwan untuk menerima kondisi yang akan mengubahnya menjadi semacam daerah khusus seperti Hong Kong, menurut seorang diplomat terkemuka negara itu.

Azar tiba di Taiwan pada Minggu sebagai pejabat tingkat tertinggi AS yang berkunjung dalam kurun empat dekade.

Jet tempur China secara singkat melintasi garis median Selat Taiwan kemarin meski sempat dilacak oleh rudal antipesawat Taiwan.

Pihak Taiwan menyebut apa yang dilakukan China sebagi sebuah gangguan keamanan.

Perjalanan Azar ke Taiwan juga bertepatan dengan tindakan keras di Hong Kong yang dikuasai China, setelah polisi menangkap taipan media Jimmy Lai berdasarkan Undang-undang Keamanan Nasional baru.

"Hidup kami menjadi semakin sulit karena China terus menekan Taiwan agar menerima aturan politiknya, kondisi yang akan mengubah Taiwan menjadi Hong Kong berikutnya," kata Menteri Luar Negeri Joseph Wu pada pertemuan media bersama dengan Azar di Taipei seperti dikutip Aljazeera, Selasa (11/8/2020).

China sebelumnya mengusulkan model otonomi "satu negara, dua sistem" untuk membuat Taiwan menerima aturan seperti yang diberlakukan di Hong Kong.

Akan tetapi proposal tersebut ditolak oleh Taiwan dan semua partai besar dan pemerintah di wilayah tersebut.

Wu mengatakan Taiwan beruntung memiliki teman seperti Azar di Amerika Serikat untuk membantu memperjuangkan wilayah internasional Taiwan.

"Kami tahu ini bukan hanya tentang status Taiwan, tetapi tentang mempertahankan demokrasi dalam menghadapi agresi otoriter. Taiwan harus memenangkan pertempuran ini agar demokrasi menang," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno
Sumber : Aljazeera.com
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper