Bisnis.com, JAKARTA - Rencana Perdana Menteri Boris Johnson membuka kembali pembelajaran tatap muka bulan depan belum mendapat dukungan penuh dari masyarakat Inggris.
Survei terbaru di laman YouGov pekan lalu memang menunjukkan lebih dari separuh warga Inggris ingin sekolah kembali dibuka. Namun, masih ada 25 persen warga yang tak setuju dan 18 persen warga belum yakin.
Komisioner Inggris untuk Bidang Anak Anne Longfield menilai opini yang terbelah itu dipicu kemampuan pengetesan massal di Inggris yang belum sesuai ekspektasi. Padahal pengetesan rutin, khususnya di kalangan guru, merupakan aspek yang sangat penting.
"Setidaknya guru dan tenaga kerja di sekolah harus dites seminggu sekali," tuturnya kepada seperti diwartakan Bloomberg Senin (10/8/2020).
Wacana pembukaan sekolah tatap muka pada September 2020 mencuat usai wawancara Boris Johnson dengan sejumlah koran di Inggris.
"Pandemi ini memang belum berakhir, dan berpuas diri adalah hal yang paling ingin kami hindari. Tapi, kami cukup tahu kapan sekolah sebaiknya dibuka dan keselamatan siswa adalah tanggung jawab bersama," papar Boris.
Baca Juga
Boris Johnson sendiri kini tengah berada dalam posisi dilematis. Kepercayaan publik terhadap dirinya mulai tampak menurun. Survei di YouGov pada Juli menunjukkan hanya ada 45 persen responden yang masih percaya padanya. Padahal, pada akhir Maret 2020, kepercayaan terhadap Boris masih berada di angka 72 persen.