Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Salah Kaprah Obat Corona di Tengah Masyarakat

Sebuah hasil penelitan mesti diuji terlebih dahulu di dalam lingkungan ilmiah sebelum diumumkan ke masyarakat awam.
Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Ali Ghufron Mukti. JIBI/Bisnis-Nancy Junita
Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Ali Ghufron Mukti. JIBI/Bisnis-Nancy Junita

Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Ali Ghufron Mukti menuturkan terjadi kekeliruan di tengah masyarakat ihwal proses penelitian suatu obat atau vaksin Covid-19 belakangan ini.

“Sekarang seringnya ke balik begitu, [klaim temuan] obat dipresentasikan ke media dulu ramai ke publik baru diuji ke lingkungan ilmiah atau di lingkungan tertentu,” kata Ghufron saat memberi keterangan di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Kamis (6/8/2020).

Ghufron mengatakan proses penelitian memiliki sejumlah tahapan yang mesti ditempuh. Malahan, jika ditemukan sebuah hasil penelitan mesti diuji terlebih dahulu di dalam lingkungan ilmiah sebelum diumumkan ke masyarakat awam.

“Sebetulnya diuji di lingkungan ilmiah dahulu jadi biasanya dimuat di jurnal dan dibaca oleh kolega atau presentasi ilmiah baka kolega tahu bahwa temuan itu diterima atau tidak, baru setelah itu dibawa ke media,” kata dia.

Sebelumnya, musisi Erdian Aji Prihartanto alias Anji mengunggah video yang berisi wawancara dengan seorang pria bernama Hadi Pranoto di kanal Youtube-nya pada Jumat (31/7/2020).

Pria itu diklaim sebagai profesor mikrobiologi yang berhasil membuat obat herbal bernama “Antibodi Covid-19”.

Dalam video berdurasi 35 menit itu, Hadi Pranoto mengatakan obatnya itu telah dibagikan kepada 250 ribu orang dan cukup efektif untuk menyembuhkan dan mencegah Covid-19.

“Herbal kita sudah berhasil dan terbukti, yang positif kita obati sembuh, yang menjelang terinfeksi kita obati sembuh semuanya,” ujarnya.

Hadi menyatakan telah melakukan riset terhadap Virus Corona dan pengembangan obat itu sejak 2000. Ia mengklaim obatnya itu berbeda dengan vaksin, karena tidak disuntikkan, melainkan diminum. Obat itu, kata dia, akan membentuk antibodi yang akan menjadi piranti keamanan tubuh.

“Bahan baku semuanya di Indonesia,” ujar Hadi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper