Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tak Penuhi Target, Kesepakatan Dagang AS-China Ditinjau

Tinjauan terhadap perjanjian akan berlangsung pada 15 Agustus 2020 dipimpin oleh Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Wakil Perdana Menteri China Liu He.
Perang dagang AS-China/istimewa
Perang dagang AS-China/istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat dan China akan mengevaluasi kesepakatan dagang fase satu yang ditandatangani 15 Januari lalu. Selain ketegangan memuncak antara kedua negara, target pembelian China terhadap barang AS juga belum memenuhi target yang dijanjikan.

Menurut perhitungan Bloomberg berdasarkan data Administrasi Pabean China, pada akhir semester pertama 2020, Negeri Panda telah membeli sekitar 23 persen dari total target pembelian atau lebih dari US$170 miliar untuk barang-barang pada 2020. Itu berarti China perlu membeli sekitar US$130 miliar pada sisa tahun ini untuk memenuhi perjanjian.

Sebelumnya, China telah berjanji untuk membeli tambahan US$200 miliar barang dan jasa AS hingga akhir 2021. Perjanjian tersebut menghentikan perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia itu. Wabah virus corona dan kontraksi kuartal pertama dalam perekonomian China menghambat kemajuan untuk mencapai target.

"Kami tentu saja berharap kesepakatan yang dicapai dapat diimplementasikan dengan sungguh-sungguh. Kami akan mengimplementasikan perjanjian tersebut," kata Hua Chunying, juru bicara Kementerian Luar Negeri, dilansir Bloomberg, Rabu (5/8/2020).

Meski belum memenuhi target, Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer mengatakan China telah melakukan pekerjaan yang cukup bagus pada perubahan struktural dan memuji pembelian signifikan selama beberapa minggu terakhir.

Adapun, tinjauan terhadap perjanjian akan berlangsung pada 15 Agustus 2020 dipimpin oleh Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Wakil Perdana Menteri China Liu He.

"Kami mendorong China untuk memenuhi kewajiban mereka dalam fase-satu kesepakatan Cina dan untuk memenuhi akhir perjanjian mereka," kata Sekretaris pers Gedung Putih Kayleigh McEnany.

Sementara itu, Presiden Donald Trump telah berulang kali mengatakan dalam beberapa pekan terakhir bahwa kesepakatan itu tidak sepenting sebelumnya karena dia menilai China berperan besar pada penyebaran virus corona.

"Setelah ini terjadi, saya tidak merasakan hal yang sama tentang kesepakatan itu," kata Trump.

Trump telah mengancam untuk melarang aplikasi video musik China, TikTok dari pasar AS kecuali jika perusahaan Amerika membelinya pada 15 September 2020. Microsoft sedang dalam pembicaraan dengan pemerintah AS untuk mengatasi masalah keamanan nasional yang dirasakan dalam pembelian perusahaan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper