Bisnis.com, JAKARTA – Pandemi Covid-19 semakin memperjelas rapuhnya sistem ketahanan pangan global. Ketika panic buying melanda dan distribusi tersendat, ketidakseimbangan sistem pangan global makin kentara.
Oleh sebab itu, badan-badan pangan di bawah PBB merekomendasikan empat perubahan untuk memastikan sistem pangan tahan terhadap guncangan krisis.
Pertama, rantai pasokan yang tangguh untuk menurunkan fluktuasi harga pangan dan menciptakan lapangan kerja. Kedua, pola makan sehat dengan membatasi konsumsi daging di negara kaya dan mengalihkannya ke negara miskin.
Ketiga, mempraktikkan pertanian regeneratif yang berkelanjutan dan terhubung dengan sistem pangan lokal serta regional. Keempat, menggalakkan upaya konservasi untuk mengakomodasi perubahan ke arah pola makan nabati yang lebih banyak di negara kaya.
Solusi pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan juga telah diinisiasi Uni Eropa (UE) pada 2019 melalui Green Deal. Strategi farm to fork juga mencakup upaya mengurangi separuh penggunaan pestisida dan antibiotik, meningkatkan pertanian organik, mempromosikan protein nabati, dan membuat setiap mata rantai sistem pangan lebih berkelanjutan.
“Ini terjemahan konkret dari yang kami umumkan dalam Green Deal,” kata Frans Timmermans, Wakil Presiden Eksekutif Komisi Eropa dilansir dari Bloomberg.
Baca Juga
UE juga mempromosikan produksi dan konsumsi sumber protein baru untuk mengurangi ketergantungan pada daging. Hal itu tidak hanya membuat pertanian lebih berkelanjutan tetapi juga membantu mengurangi risiko penyakit.
Pada akhirnya, bagaimana manusia memperlakukan alam dan mengupayakan keseimbangannya akan menentukan masa depan ketahanan pangan sekaligus usia peradaban.