Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kekerasan Meningkat saat Pandemi Covid-19, Tumbuh Kembang Anak Terganggu

Menurut data Kementerian Kesehatan, 11 persen anak merasakan kekerasan fisik, dan 62 persen anak mengalami kekerasan verbal.
Ilustrasi kekerasan pada anak/Antara
Ilustrasi kekerasan pada anak/Antara

Bisni.com, JAKARTA – Kekerasan pada anak mengalami peningkatan selama pandemi Covid-19. Hal ini perlu dihindari, karena bisa mengganggu tumbuh kembang anak.

Menurut data Kementerian Kesehatan, 11 persen anak merasakan kekerasan fisik, dan 62 persen anak mengalami kekerasan verbal.

Peningkatan kekerasan terjadi umumnya justru karena orangtua banyak berinteraksi dengan anak, dari yang sebelumnya harus melakukan kegiatan sendiri-sendiri

Dokter Spesialis Anak dari RSUP Fatmawati,  Purnama Fitri mengatakan, bahwa anak berhak untuk tumbuh sehat, kuat, dan cerdas, sehingga bisa mewujudkan cita-citanya dan memajukan Indonesia.

Hal itu tak dapat dicapai kalau anak menerima kekerasan.

Fitri menjelaskan bahwa kekerasan terbagi menjadi kekerasan fisik yang gejalanya dapat dilihar dari luka di anggota tubuh yang tidak lazim, seperti punggung dan telinga.

Kemudian, kekerasan psikis bisa terjadi ketika anak dibanding-bandingkan dengan teman-temannya.

Pada penderita kekerasan psikis, anak umumnya mengalami perubahan perilaku, penurunan prestasi, dan gangguan konsentrasi saat belajar.

Selanjutnya, kekerasan seksual kondisinya dapat terdeteksi apabila anak mengalami nyeri perut, nyeri saat buang air, pendarahan pada bagian genital, dan mengalami kecemasan berlebihan.

Terakhir, kekerasan dalam bentuk penelantaran, bisa dari pemberian makanan yang tidak cukup gizinya, pakaian yang tidak layak sehingga terlihat lusuh, atau terlihat dalam hal gagal tumbuh karena asupan nutrisi yang tidak terjaga.

Selain itu, anak yang ditelantarkan juga cenderung menunjukkan perilaku depresi.

“Dampak kekerasan ini bisa mempengaruhi tumbuh kembang anak. Anak bisa gagal tumbuh dan berkembang, bisa mengalami masalah perkembangan sosial, emosi, dan kognitifnya,” ungkap Fitri, Kamis (23/7/2020).

Untuk jangka panjang, dia melanjutkan, dampak bagi anak sebagai korban kekerasan adalah akan mengadopsi perilaku kekerasan tersebut dan menjadi pelaku kekerasan di kemudian hari, memakai obat terlarang, dan antisosial.

“Ini mengapa anak perlu dapat perlindungan, agar tidak sampai merusak diri sendiri dan bangsa di kemudian hari,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper