Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah hubungan yang semakin memanas dengan Amerika Serikat (AS), China berupaya memperbaiki hubungan dengan Vietnam dan negara-negara Asia Tenggara lain dengan menawarkan hubungan ekonomi yang lebih dekat dan bantuan pemulihan pandemi virus Corona.
Menteri Luar Negeri China Wang Yi bertemu secara virtual dengan Menlu Vietnam Pham Binh Minh. Sehari sebelumnya Wakil Menlu China Luo Zhaohui mencoba meyakinkan Vietnam bahwa negara itu menginginkan perdamaian dan stabilitas regional, meski kedua negara terlibat saling klaim di Laut China Selatan.
Beijing juga mengatakan tengah dalam penyelesaian perjanjian perdagangan bebas dengan Kamboja, sekutu terdekatnya di Asean. Namun perjanjian itu dinilai hanya simbolis semata mengingat nilai perdagangan dua negara yang terbatas. Para analis mengatakan itu menunjukkan strategi Beijing mendekati negara-negara dengan insentif ekonomi agar tak memihan AS.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyatakan pekan lalu bahwa klaim Beijing atas hampir 90 persen Laut Cina Selatan benar-benar melanggar hukum. Pernyataan itu tak ayal meningkatkan ketegangan di antara dua negara adidaya.
"Menghadapi pandemi Covid-19, Vietnam dan China telah memperkuat persahabatan kami untuk saling mendukung. Kami berdua berhasil mengendalikan wabah dan kami akan terus membangun kerja sama ekonomi dan perdagangan kami," kata Wang, dilansir South China Morning Post, Rabu (22/7/2020).
Sementara itu, Menlu Vietnam Pham menjanjikan sumbangan US$100.000 untuk membantu China mengatasi banjir terburuk dalam beberapa dekade yang telah melanda 27 provinsi dan mempengaruhi lebih dari 38 juta orang.
Baca Juga
"Saya ingin memperluas empati tulus kami kepada China, yang sedang mengatasi bencana alam," katanya.
Xu Liping, seorang ahli di Institut Studi Asia-Pasifik di Akademi Ilmu Sosial China mengatakan pertemuan itu diharapkan mencakup berbagai topik, termasuk sengketa maritim yang kontroversial.
"Itu terjadi dengan latar belakang bahwa pihak-pihak terkait telah mengintensifkan perselisihan mereka ketika pembicaraan tentang kode etik di Laut China Selatan antara Cina dan [Asean] memasuki tahap kritis," katanya.
Beijing dan negara-negara tetangganya di Asia Tenggara telah membahas dokumen penetapan aturan selama bertahun-tahun, yang diharapkan selesai pada 2021. Namun pembicaraan telah ditunda karena pandemi virus corona dan negara-negara masih sangat terpecah mengenai bagaimana mendefinisikan dengan jelas pertikaian, klaim, dan cara menyelesaikan perselisihan di masa depan.
Menurut Xu, dengan ketidakpastian atas pembicaraan itu, Vietnam ingin menggunakan posisinya sebagai ketua Asean tahun ini untuk lebih tegas terhadap Beijing mengenai Laut China Selatan.
Vietnam sering menyatakan akan mengesampingkan perselisihan wilayah dan sejarah, tetapi hubungan dengan China tetap dipenuhi sentimen dengan Washington dan Klaim Negeri Panda mengenai perairan yang kaya energi itu.
Hanoi menuduh Beijing melakukan perundungan dalam perselisihan di laut, termasuk pada April lalu ketika sebuah kapal nelayan Vietnam ditabrak dan ditenggelamkan oleh kapal China.
Luo, Wakil Menteri Luar Negeri China lebih keras mengecam sikap Washington setelah angkatan lautnya mengirim dua kapal induk melalui wilayah tersebut sebagai bukti strategi Presiden AS Donald Trump untuk mengendalikan China.
"Kami percaya para anggota Asean akan dapat melihat konspirasi Amerika memainkan Laut China Selatan, terus mengadopsi pendekatan independen pada kebijakan luar negeri, dan bekerja sama dengan China untuk mendorong penyelesaian awal negosiasi kode etik," kata Luo dalam pertemuan dengan perwakilan dari Asean, Jepang dan Korea Selatan, menurut pernyataan kementerian luar negeri China.
Zhu Feng, Direktur Eksekutif Pusat Studi Kolaborasi China Laut China Selatan di Universitas Nanjing, mengatakan negara-negara Asean telah terperangkap dalam baku tembak antara China dan AS.
"Kami menyaksikan ketegangan yang semakin memburuk di kawasan ini dan prioritas kami sekarang adalah bagaimana mengelola krisis dan mencegah konfrontasi militer yang berbahaya," katanya.