Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Covid-19, British Airways Pensiunkan Seluruh Boeing 747 Lebih Cepat

British Airways merupakan salah satu maskapai penerbangan yang kinerjanya terdampak pandemi Covid-19.
British Airways/Reuters-Paul Hackett
British Airways/Reuters-Paul Hackett

Bisnis.com, JAKARTA - British Airways telah mengumumkan akan segera pensiunkan seluruh armada pesawat Boeing 747 akibat penurunan penumpang selama pandemi Covid-19. Kebijakan ini akan menghentikan penerbangan 31 pesawat yang seharusnya berakhir masa tugasnya 3 tahun yang akan datang.

"Dengan sangat sedih bahwa kami dapat mengonfirmasi, kami mengusulkan untuk pensiunkan seluruh armada 747 kami,” tulis keterangan dari British Airways seperti dikutip dari The Guardian, Jumat (17/7/2020).

British Airways menyatakan akan mengoperasikan lebih banyak armada pesawat yang memiliki mesin lebih modern dan hemat bahan bakar seperti Airbus 350 dan Boeing 787. Hal ini juga merupakan bagian dari upaya untuk mencapai target emisi nol karbon pada tahun 2050.

Adapun British Airways, yang dimiliki oleh International Airlines Group, telah berada di bawah tekanan keuangan yang meningkat selama krisis Covid-19. Pada Mei, pemilik British Airways melaporkan kerugian 1,68 miliar euro dalam tiga bulan hingga akhir Maret.

Maskapai ini telah mengumumkan rencana untuk memberhentikan 12.000 staf. Sementara itu, pabrikan pesawat Boeing telah mengumumkan PHK terhadap 16.000 karyawannya.

Seperti diketahui, pandemi telah memukul semua sektor ekonomi, khususnya sektor transportasi udara karena adanya pembatasan mobilitas lintas wilayah. Bukan hanya British Airways yang terkena dampak besar dari pandemi Covid-19. Korban sebelumnya adalah United Airlines yang merumahkan sebanyak 36.000 pekerja.

Pada periode yang tidak berjauhan, Virgin Australia pun sekarat dan akhirnya mesti dilepas kepada perusahaan Amerika Serikat. Selain itu, maskapai terbesar Australia Qantas pun melakukan PHK terhadap 6.000 pegawai dan meliburkan 100 pesawat hingga setahun untuk menghemat biaya operasional senilai US$10 miliar.

Sementara itu jumlah pasien virus Corona terinfeksi masih terus meningkat. Secara global, berdasarkan data John Hopkins University, sebanyak 13,8 juta orang di dunia telah terinfeksi dengan jumlah kematian sebanyak 589.990 orang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper