Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Singapura Terjerumus Resesi, Begini Curhat Menteri Perdagangan Chan Chun Sing

Ketidakpastian ekonomi terbesar yang dihadapi Singapura adalah sesuatu yang tidak dapat dikendalikan. Stimulus tambahan pemerintah mungkin bukan solusi terbaik untuk permasalahan ini.
Warga Singapura bersepeda di dekat patung Marlion/ Bloomberg
Warga Singapura bersepeda di dekat patung Marlion/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Ketidakpastian ekonomi terbesar yang dihadapi Singapura adalah sesuatu yang tidak dapat dikendalikan. Stimulus tambahan pemerintah mungkin bukan solusi terbaik untuk permasalahan ini.

Menurut Menteri Perdagangan dan Industri Singapura Chan Chun Sing mengungkapkan ketidakpastian terbesar dan risiko penurunan pada saat ini adalah permintaan eksternal global.

“Saya pikir langkah-langkah fiskal saja tidak akan menjadi yang paling tepat untuk tantangan semacam ini,” ungkap Chan dalam suatu wawancara seperti diwartakan Bloomberg, Rabu (15/7/2020).

Komentar Chan disampaikan setelah ekonomi Singapura terjerumus ke dalam resesi pada kuartal kedua di tengah upaya pembatasan bernama circuit breaker demi menekan angka penyebaran Covid-19.

Pada Selasa (14/7/2020), Departemen Perdagangan dan Industri melaporkan produksi domestik bruto (PDB) terkontraksi 41,2 persen pada kuartal II/2020 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Tak hanya lebih buruk dari median survei Bloomberg untuk kontraksi sebesar 35,9 persen, capaian tersebut adalah kontraksi terbesar secara kuartalan dalam sejarah pencatatan.

“Kontraksi dalam permintaan yang disebabkan oleh circuit breaker sesuai ekspektasi dan dalam kendali kami meskipun permintaan eksternal lebih tidak pasti,” lanjut Chan.

Pemerintah, katanya, sangat khawatir tentang potensi datangnya gelombang kedua, gelombang ketiga atau gelombang infeksi berulang di seluruh dunia, yang akan menyebabkan permintaan dari negara-negara semakin menyusut.

Sejumlah negara telah melaporkan kebangkitan dalam hal kasus Covid-19 menyusul dilonggarkannya lockdown.

“Mengingat hal ini, agak sulit bagi kami untuk mengatakan kapan perbaikan akan terjadi, tetapi Singapura harus memosisikan diri sebagai 'safe harbor' untuk investasi dan talenta, mempertahankan hubungan dagang dengan semua negara utama serta mendiversifikasi pasar dan sumber bahan,” paparnya.

“Jika kami melakukan semua ini dengan baik, maka saya pikir kami siap untuk pemulihan.”

Pemerintah Singapura telah menjanjikan stimulus senilai sekitar S$93 miliar (US$67 miliar) atau hampir 20 persen dari PDB, untuk menopang bisnis dan rumah tangga bermasalah.

Chan mengatakan pemerintah harus membantu beberapa industri memikirkan kembali model bisnis mereka untuk dunia pasca-pandemi, mengkhususkan sektor pariwisata, penerbangan, serta konferensi dan pameran sebagai industri yang perlu menyesuaikan strategi inti mereka.

“Tidak hanya menunggu permintaan untuk meningkat lagi seperti halnya beberapa sektor, di mana model bisnis masih relevan. Ada juga sektor-sektor di mana kita perlu mengembangkan model bisnis baru,” jelas Chan.

Sebagai salah satu menteri senior dalam pemerintahan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, Chan melihat adanya perubahan di dalam kabinet pasca-pemilu pada 10 Juli.

Mengingat beberapa menteri telah pensiun, bisa diperkirakan akan ada perubahan di dalam kabinet meskipun ini adalah wewenang perdana menteri.

“Sejak awal kami mengatakan bahwa ini akan menjadi pemilu yang sulit, karena banyak bisnis terpukul, banyak pekerja menderita, dan ketidakpastian masa depan sangat besar,” kata Chan.

“Terlepas dari apakah itu partai oposisi atau PAP [partai berkuasa People's Action Party], kami semua harus bekerja sama untuk mengatasi tantangan-tantangan saat ini. Tantangan yang kami hadapi saat ini adalah sebagai satu negara, bagaimana caranya kami keluar dari krisis dan tampil lebih kuat,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper