Bisnis.com, JAKARTA - Produsen jam asal Swiss Swatch Group AG memangkas 2.400 karyawan, rekor tertinggi dalam satu dekade terakhir. Sebabnya, penjualan dalam enam bulan hingga Juni anjlok 43 persen. PHK sebagian besar dilakukan pada karyawan toko, sedangkan pekerja produksi dipertahankan.
Perusahaan menutup 260 toko dan kini memiliki sekitar 1.800 gerai. Pembuat arloji Omega dan Longines itu mempercepat rencana untuk menutup toko secara permanen di Hong Kong serta gerai yang menjual merek senama dan Calvin Klein.
Chief Executive Officer Nick Hayek mengatakan bahwa selama masa-masa sulit, pemutusan hubungan kerja merupakan keputusan berat untuk diambil karena akan sulit menemukan staf yang memeuhi syarat ketika pasar telah pulih.
"Winston Churchill berkata, 'jangan pernah menyia-nyiakan krisis yang baik, dan itulah yang akan kami lakukan, terutama di paruh kedua tahun ini," kata Hayek, dilansir Bloomberg, Selasa (14/7/2020).
Perusahaan juga harus menutup 80 persen outlet penjualannya di seluruh dunia selama puncak lockdown. Kini toko-tokonya telah kembali beroperasi lebih cepat saat pembatasan pergerakan mereda.
Hayek mengatakan seiring dengan pelonggaran pembatasan pergerakan, Swatch mengharapkan dapat tetap meraup untung tahun ini.
Baca Juga
Kerugian operasi semester pertama perusahaan sebesar 327 juta franc (US$347 juta) dua kali lebih besar dari yang diperkirakan para analis. Pada paruh kedua 2020, Swatch berencana memperkenalkan produk-produk baru, termasuk jam tangan James Bond Omega dan jam tangan pintar Tissot.
Hayek mengatakan, Swatch akan mengakhiri kontrak 22 tahun penjualan Calvin Klein pada Oktober dan banyak dari penutupan terkait dengan keputusan itu. Perusahaan akan menutup toko lebih lanjut ke depan karena lebih fokus pada pertumbuhan online.
Swatch memperkirakan bahwa industri akan pulih dengan cepat karena konsumen segera meningkatkan belanja setelah pelonggaran lockdown. Perusahaan mencatatkan untung pada Juni berkat penjualan di China, di mana penjualan naik pada tingkat dua digit pada Mei dan Juni.
Namun, hanya sekitar setengah dari karyawannya di Swiss yang kembali bekerja penuh waktu. Sekitar 6.000 karyawan rata-rata bekerja dalam waktu singkat minggu lalu, sementara sekitar 2.500 mengambil liburan yang tidak digunakan atau mengurangi lembur.