Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menuturkan 50 persen daerah di Indonesia memiliki risiko peningkatan kasus Virus Corona penyebab Covid-19 cenderung rendah.
“Kalau kita lihat kondisi per minggunya dari Mei hingga 28 Juni, daerah merahnya semakin turun. Artinya risiko peningkatan kasusnya turun. Jadi melihat Indonesia tidak bisa hanya dari Jakarta atau dari Monas saja, kita harus bisa melihat dari daerah per daerah,” kata Wiku saat memberi keterangan di BNPB, Jakarta, pada Jumat (3/7/2020).
Malahan Wiku mengungkapkan masih terjadi fluktuasi di antara zona kuning dan hijau Covid-19 dari sekitar 46,7 persen hingga 55 persen.
“[Fluktuasi tertingginya] mencapai 58,3 persen pada 21 Juni. Ini menunjukkan kalau saya sebut ketangguhan dari bangsa Indonesia jika dilihar dari daerahnya,” kata dia.
Dengan demikian, menurut dia, fakta zonasi yang terbilang membaik tersebut menjadi modal Indonesia untuk membangun ke depan di tengah pandemi Covid-19.
Sementara, Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji membeberkan sistem zonasi untuk menentukan tingkat kerawanan penyebaran Covid-19 yang diinisiasi oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 tidak dapat digunakan untuk menakar kondisi riil epidemiologi di suatu daerah.
Baca Juga
Sutarmidji berpendapat sistem zonasi itu mudah untuk dimanipulasi oleh kepala daerah dengan tidak melakukan tes dan penelusuran kontak di tengah masyarakat untuk menjaring orang yang terinfeksi.
“Kita bilang daerah kita hijau [ya] enggak usah dilakukan rapid test, nanti kan tidak ada kasus. Padahal itu [sistem zonasi] semu,” kata Sutarmidji saat memberi keterangan secara virtual di BNPB, Jakarta, pada Jumat (3/7/2020).
Dengan demikian, menurut dia, yang menjadi patokan itu justru bukan pada zona hijau di awal melainkan bagaimana suatu daerah dapat mengurangi transmisi lokal agar pada akhirnya dapat menurunkan tingkat penyebaran Virus Corona.
“Yang paling bagus itu bukan dari awal dia [zona] hijau, kalau tidak rapid test bisa hijau. Tetapi bagaimana dia merah lalu menajdi oranye, kuning dan kemudian hijau. Kita harus satu bahasa dan standar,” kata dia.