Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Staf Kepresidenan Jenderal (Purn.) Moeldoko menyatakan bahwa Presiden Joko Widodo kecewa mengenai kinerja penanganan Covid-19 terkait sektor kesehatan dan dampak sosial ekonomi. Hal itu terlihat dalam video Presiden dalam sidang kabinet 18 Juni 2020 yang diunggah oleh akun Youtube Sekretariat Presiden pada Minggu (28/6/2020) sore.
Moeldoko menjelaskan bahwa Presiden telah berulang kali mengingatkan jajarannya untuk memiliki sence of crisis yang sama. Presiden juga berulang kali menekankan untuk mengutamakan pendekatan kesehatan sembari menjaga dampak sosial ekonomi.
“Makanya penekanaan saat ini lebih keras. Agar persoalan Covid-19 pendekatan kesehatan sebagai prioritas dan pendekatan sosial ekonomi keuangan betul-betul bisa terakselerasi dengan baik dan cepat. Kenyataannya ada sektor yang masih lemah,” kata Moeldoko di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (29/6/2020).
Moeldoko menyampaikan setidaknya ada tiga hal yang menjadi fokus dalam sektor kesehatan. Pertama, saat ini anggaran sektor kesehatan yang baru terserap sebesar 1,53 persen.
Kemudian, persoalan pendataan para tenaga medis dalam kaitanya dengan sinergi BPJS, pemerintah daerah, dan Kementerian Kesehatan.
“Ketiga soal regulasi yang lama. Regulasi itu bisa digunakan saat normal tapi saat tidak normal ini harus diambil langkah perbaikan,” katanya.
Sementara itu soal upaya menekan dampak sosial ekonomi, Presiden Jokowi menyoroti penyaluran bantuan sosial yang tumpang tindih. Namun, hal ini sudah mendapat perhatian dari para menteri terkait. Selain itu, UMKM yang seharusnya mendapatkan stimulus masih ada hambatan.
“Itu strategi besar. Menteri semua harus menuju kesana. Jangan pikir-pikir ke mana-mana, tapi hanya bantu Presiden,” katanya.
Adapun Presiden Jokowi mengungkapkan kekesalannya dalam Sidang Kabinet Paripurna, Kamis (18/6/2020), akibat sejumlah aspek dalam upaya penanganan virus corona atau Covid-19.
Salah satunya adalah penyerapan anggaran penananganan Covid-19 di kementerian-kementerian tidak memuaskan. Selain itu, Presiden Indonesia ketujuh ini juga mengaku jengkel karena melihat masih banyak pejabat yang cenderung abai terhadap kondisi krisis yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.