Bisnis.com, JAKARTA - Morgan Stanley menyatakan Indonesia merupakan kelompok kedua yang ekonominya dapat pulih paling cepat di kawasan Asia kecuali Jepang (AxJ).
Bersama dengan India, Filipina, Korea, dan Taiwan, ekonomi Indonesia akan pulih pada kuartal keempat tahun ini atau triwulan pertama 2021. Adapun, China diprediksi menjadi yang pertama pulih pada kuartal ketiga 2020.
Morgan Stanley mencatatkan, China memimpin pemulihan bukan hanya di kawasan Asia namun secara global. Sementara itu, kelompok ketiga - yakni Thailand, Malaysia, Singapura, dan Hong Kong - akan kembali pulih pada kuartal kedua 2021.
"Sementara itu, AxJ adalah wilayah yang mungkin kembali ke tingkat PDB pra Covid-19 pada kuartal ketiga 2020 hingga kuartal kedua 2021, mendahului kawasan emerging market (EM) lainnya seperti kawasan Central & Eastern Europe, Middle East and Africa (CEEMEA) dan Amerika Latin," tulis ekonom Morgan Stanley dalam riset yang berjudul 'Asia Economic Mid-Year Outlook', dilansir Selasa (23/6/2020).
Fokus pemulihan ke depannya akan bergeser ke arah keberlanjutan dan tahapan pemulihan sekaligus perubahan struktural setelah masa pandemi. Sementara itu, ada tiga faktor penting yang memengaruhi tahapan pemulihan dan seberapa cepat aktivitas ekonomi akan kembali ke tingkat PDB pra-Covid-19.
Pertama, bagaimana masing-masing aktivitas ekonomi terpapar pada resesi global dan laju pemulihan global serta tingkat pertumbuhan struktural yang melekat.
Baca Juga
Kedua, efektivitas respon kelembagaan dalam menangani Covid-19 dan dampaknya terhadap permintaan domestik. Ketiga, sejauh mana pelonggaran kebijakan dilakukan dan ruang atau inisiatif untuk berbuat lebih banyak.
Selain itu, Morgan Stanley juga memperingatkan potensi gelombang kedua pandemi. Menurut lembaga itu, gelombang kedua memiliki potensi untuk bisa dikelola lebih mudah dibandingkan dengan pengalaman penerapan kebijakan sebelumnya.
Berdasarkan pengalaman pembukaan kembali aktivitas ekonomi secara lebih awal, sejumlah negara AxJ seperti China, Korea, Taiwan, Hong Kong, Thailand, dan Malaysia telah mampu mengendalikan tingkat kasus harian pada jumlah yang stabil. Pelonggaran kebijakan juga akan membantu AxJ bangkit kembali dengan lebih baik.
Adapun, sejak awal tahun hingga saat, pengukuran fiskal atau nonfiskal telah diumumkan mencapai 9 persen dari PDB dan defisit fiskal perekonomian AxJ maksimal akan mencapai 2,7 persen dari PDB pada 2020, atau lebih tinggi dari daripada 2009 dan 2019.
Morgan Stanley juga menyatakan pandemi virus Corona telah memperpanjang pergolakan antara AS dengan China, yang dapat membuat negara AxJ kesulitan mendorong pertumbuhan melalui perdagangan global.
China memang akan tetap menjadi poin penting dalam rantai pasok global, tetapi adanya kebutuhan untuk mendiversifikasi risiko rantai pasokan bisa membuat perusahaan untuk mempertimbangkan opsi melakukan ekspansi secara inkremental di tempat lain seperti di negara AxJ.
"Dengan demikian, Covid-19 jelas telah menyebabkan dampak yang tidak diinginkan, tetapi upaya untuk mengatasinya telah mendorong percepatan praktik yang bisa meningkatkan produktivitas dalam jangka menengah," ujarnya.