Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lawan Subsidi China, Uni Eropa Terapkan Tarif Antidumping

UE memberlakukan satu set pungutan antisubsidi terpisah mulai dari 17 persen hingga 30,7 persen pada kain serat kaca yang berasal dari China. Karena tarif antisubsidi baru ini, UE secara terpisah menurunkan tingkat tarif lima tahun yang diberlakukan pada April.
Lambang Uni Eropa terpampang di depan gedung Parlemen Eropa di Brussels, Belgia, Rabu (27/5/2020)./Bloomberg-Geert Vanden Wijngaert
Lambang Uni Eropa terpampang di depan gedung Parlemen Eropa di Brussels, Belgia, Rabu (27/5/2020)./Bloomberg-Geert Vanden Wijngaert

Bisnis.com, JAKARTA - Uni Eropa memutuskan tarif untuk melawan subsidi China kepada para eksportirnya. Hal itu sekaligus juga sebagai peringatan kepada China atas ambisi perdagangan globalnya.

UE memberlakukan satu set pungutan antisubsidi terpisah mulai dari 17 persen hingga 30,7 persen pada kain serat kaca yang berasal dari China. Karena tarif antisubsidi baru ini, UE secara terpisah menurunkan tingkat tarif lima tahun yang diberlakukan pada April.

Tarif retribusi antidumping ini yakni 37,6 persen atau 99,7 persen, tergantung pada eksportir. Level baru berkisar dari 34 persen hingga 69 persen. Sedangkan tarif antidumping UE terpisah untuk kain serat kaca dari Mesir tidak berubah sebesar 20 persen.

Kebijakan tersebut muncul atas dugaan bantuan penyimpangan pasar yang diberikan oleh China kepada perusahaan Mesir yang berinduk pada korporasi Negeri Tirai Bambu. Hingga saat ini, bea masuk Eropa tersebut hanya berfokus pada subsidi yang diberikan oleh negara tempat eksportir berada, atau dalam hal ini China.

"Ini adalah kasus penting yang dapat mengarah pada banyak kasus serupa. Dukungan China sebenarnya ditemukan secara luas di luar perbatasan China, dengan efek distorsi pada UE dan pemangku kepentingan asing lainnya," kata Agatha Kratz, Associate Director di Rhodium Group yang memimpin penelitian tentang hubungan UE-China dan diplomasi komersial China, dilansir Bloomberg, Senin (15/6/2020).

Perselisihan tersebut melibatkan impor kain, serat kaca, dan aneka barang industri UE dari Mesir. Dua eksportir kain tersebut dari Mesir adalah anak perusahaan dari China Jushi Co. dan Zhejiang Hengshi Fiberglass Fabrics Co, yakni Jushi Egypt dan Hengshi Egypt. Keduanya menjadi bagian dari Belt and Road Initiative secara umum dan Zona Suez Economic and Trade Cooperation (SETC).

Uni Eropa mengatakan bahwa Jushi Egypt dan Hengshi Egypt menerima keuntungan finansial dari pemerintah China dan Mesir dan bahwa bantuan tersebut, bersama dengan subsidi untuk kain serat kaca yang dikirim langsung dari China, secara tidak adil melemahkan produsen blok itu sendiri seperti Ahlstrom-Munksjo Oyj yang berbasis di Finlandia di pasar Eropa.

Komisi Eropa, dalam sebuah pernyataan resmi mengatakan pabrikan UE yang juga memasukkan European Owens Corning Fiberglas SPRL di Belgia dan Chomarat Textiles Industries SAS yang berbasis di Prancis, menderita kerugian akibat tindakan tersebut.

Eropa meningkatkan upaya untuk berjaga-jaga terhadap kebijakan eskpansionis komersial China. Hal itu merupakan bagian dari tindakan penyeimbangan yang menggemakan kekhawatiran AS tentang kenaikan ekonomi China sambil tetap dalam kerangka Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO. Sebaliknya, Washington telah mengambil tindakan sepihak terhadap Beijing dengan mengabaikan WTO dan telah memicu kritik Eropa.

Dalam keputusannya untuk memberlakukan tarif antisubsidi pada kain serat kaca Mesir, komisi mencurahkan bagian yang cukup besar untuk membangun argumen bahwa undang-undang WTO memberikan ruang lingkup Uni Eropa untuk memperhitungkan bantuan China untuk Jushi Egypt dan Hengshi Egypt ketika menghitung tingkat retribusi pada kedua perusahaan. Nilainya 10,9 persen.

"Pemerintah Mesir dan China telah mengumpulkan sumber daya mereka untuk menguntungkan perusahaan-perusahaan manufaktur di Zona SETC," kata komisi itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper