Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BMKG: Curah Hujan Menipis, Awas Potensi Karhutla

Memasuki semester II/2020, BMKG memberikan sinyal adanya potensi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), seiring dengan menipisnya curah hujan.
Asap mengepul dari kebakaran lahan gambut di Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau, Selasa (21/2)./Antara-FB Anggoro
Asap mengepul dari kebakaran lahan gambut di Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau, Selasa (21/2)./Antara-FB Anggoro

Bisnis.com, JAKARTA - BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisik) mengungkapkan curah hujan semakin menipis dan berpotensi memicu adanya kebakaran hutan dan lahan di sejumlah daerah.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan hingga ke akhi Juni dan memasuki Juli 2020, potensi pertumbuhan awan hujan di Riau dan Sumsel akan semakin menurun. Hal tersebut harus menjadi warning bagi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) ketika ingin mengatasi Karhutla di wilayah tersebut dengan melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC)

Adapun dalam melakukan TMC, cuaca dan iklim menjadi bagian yang perlu diperhatikan. Begitu pula dengan faktor kelembapan udara.

Untuk wilayah Sumatra, kelembapan udara secara umum mulai mengalami penurunan sehingga akan cukup menghambat pertumbuhan awan-awan konvektif. Sedangkan untuk potensi pertumbuhan awan di wilayah Kalimantan akan bertambah.

''Pada bulan Juni Dasarian III dan Juli Dasarian I untuk wilayah Riau, Jambi dan Sumsel hampir tidak mempunyai peluang mendapatkan curah hujan. Karena itu rekomendasi kami pada bulan Juli sangat kecil peluang TMC dilakukan, sehingga pencegahan Karhutla diprioritaskan dengan non TMC,'' jelas Dwikorita, Senin (15/6/2020).

Lebih lanjut dia menuturkan pada Agustus di saat terjadi puncak musim kemarau, peluang TMC dapat dilakukan di sebagian wilayah Riau dan perbatasan dengan Jambi. Sedangkan pada September, peluang TMC dapat dilakukan di sebagian wilayah Jambi dan perbatasan wilayah Sumsel.

Sejauh ini, secara umum jumlah hotspot terpantau menurun dibandingkan pada tahun lalu.

Berdasarkan Satelit Terra/Aqua (NASA) dengan level kepercayaan =80 persen, tersapat sebanyak 837 titik panas pada 2020. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan periode yang sama pada 2019 sebanyak 1.381 titik. Artinya terdapat penurunan jumlah hotspot sebanyak 544 titik atau 39,39 persen.

Diketahui KLHK mengklaim sejumlah daerah rawan karhutla telah melewati masa krisis tahap I dengan TMC. Beberapa provinsi rawan yang menjadi fokus penanggulangan Karhutla yaitu Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper