Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah praktisi kesehatan, akademisi, dan profesional yang tergabung dalam kelompok relawan Kawal Covid-19 mensinyalir angka kematian terkait dengan Covid-19 di Provinsi Jawa Timur lebih tinggi ketimbang angka yang diumumkan oleh pemerintah.
Dugaan itu berdasarkan pada hasil investigasi Kawal Covid-19 atas data-data pelaporan setiap provinsi ihwal Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP), dan Pasien positif Covid-19.
Kawal Covid-19 menemukan terdapat 714 Pasien Dalam Pengawasan atau PDP yang meninggal di Provinsi Jawa Timur, berdasarkan pada tabulasi data pelaporan pada Senin (8/6/2020) lalu.
Selain itu, Kawal Covid-19 juga menemukan, terdapat 110 orang Dalam Pemantauan atau ODP yang meninggal di ujung timur Pulau Jawa tersebut.
Salah seorang relawan Kawal Covid-19 menuturkan, temuan ini mengindikasikan angka meninggal terkait dengan kasus Covid-19 cenderung lebih tinggi dari pada data yang disampaikan pemerintah saat ini.
Dengan kata lain, dia menerangkan, ada kemungkinan kelompok ini teridentifikasi meninggal sebagai kasus positif Covid-19.
Baca Juga
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menyampaikan bahwa hingga 9 Juni 2020 sudah ada 429.161 spesimen yang diambil oleh tim. Dalam 24 jam terakhir, ada 16.181 data spesimen yang diambil oleh tim.
"Dari hasil ini kami dapatkan jumlah positif 1.043 sebaran. Ini tidak merata, sebaran terbanyak di DKI Jakarta 232 kasus baru dan 165 sembuh," ujarnya, Selasa (9/6/2020).
Lalu, dia menerangkan, Provinsi Jawa Timur melaporkan kasus sebanyak 220 disertai dengan 85 pasien Covid-19 yang sudah dinyatakan sembuh.
Sementara itu, Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui laman http://infocovid19.jatimprov.go.id melaporkan, jumah pasien meninggal sebanyak 514 orang atau sekitar 8,16 persen dari keseluruhan kasus konfirmasi positif sebanyak 6.533 orang.
Di sisi lain, angka kematian di Jatim mendekati DKI Jakarta. Meskipun secara komulatif kasus positif Covid-19 di Jatim selisih 1.743 orang dengan DKI Jakarta.
Kasus positif baru virus corona atau Covid-19 per 9 Juni 2020 menembus angka 1.000 orang setelah beberapa pemerintah daerah melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Menanggapi temuan itu, relawan Kawal Covid-19 meminta pemerintah untuk menghentikan narasi yang membuai dan tidak berdasarkan sains. Melalui akun twitter @KawalCOVID19, para relawan menegaskan tidak ada kematian massal akibat stres.
“Prinsip utama dalam komunikasi krisis adalah sampaikan keadaan sebenar-benarnya, apa adanya. Terutama, sampaikan bahaya dan risiko yang dihadapi agar warga waspada, bersiap, dan tahu langkah-langkah apa saja yang bisa mereka ambil untuk mengamankan diri,” tulis relawan Kawal Covid-19 melalui keterangan resmi.