Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Brasil membatasi data penyebaran kasus Covid-19 di negara itu dengan tidak lagi menyediakan data historis terkait kasus positif dan angka kematian.
Brasil tidak lagi mempublikasikan data total sejak Jumat (5/6/2020), seiring dengan terus naiknya jumlah kematian akibat Covid-19 dan membuat negara Amerika Latin tersebut melampaui Italia ke posisi kedua. Bloomberg melaporkan Minggu (7/6), tercatat ada 27.075 kasus baru dan 904 pasien meninggal pada Sabtu (6/6).
Sebagian informasi mengenai pandemi virus corona yang tersedia di laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Brasil hilang pada Sabtu (6/6), hingga membuat Brasil ditarik sementara dari data Johns Hopkins University, yang mencakup angka kasus Covid-19 secara global. Namun, ketika informasi terkait kembali muncul, data yang tersedia hanyalah angka harian dan tidak ada lagi angka total secara historis maupun daerah penyebarannya.
Presiden Brasil Jair Bolsonaro menyatakan kasus Covid-19 tidak akan lagi menjadi sebuah berita dan mengatakan diperlukan waktu untuk mendapatkan data konsolidasi. Dia menambahkan pemerintah seharusnya hanya merilis jumlah pasien yang meninggal setiap harinya.
"Kemarin, hampir dua pertiga angka kematian adalah yang meninggal sehari sebelumnya," ucap Bolsonaro, Jumat (5/6).
Dia juga mempertanyakan data tersebut dan menilai bahwa pasien yang meninggal setelah terpapar Covid-19 adalah sesuatu yang berbeda dengan pasien yang meninggal karena Covid-19.
"Terkadang pasien tersebut berusia 94 tahun, sudah memiliki 10 kondisi medis lain, lalu terinfeksi virus corona. Hal tersebut memperkuat kondisi mereka," papar Bolsonaro.
Dia lalu mengatakan bahwa angka kematian di negara berpenduduk 210 juta orang tidak dapat dibandingkan dengan angka kematian di negara berpopulasi 10 juta orang.
Hal ini mendapat reaksi negatif dari berbagai pihak, termasuk mantan Menteri Kesehatan (Menkes) Brasil Luiz Henrique Mandetta. Dia bahkan menyamakan hilangnya informasi Covid-19 dengan epidemi meningitis yang berlangsung ketika Brasil masih berada di bawah rezim militer.
"Dari perspektif kesehatan, ini adalah sebuah tragedi. Tidak memberikan informasi membuat negara lebih berbahaya ketimbang penyakit itu sendiri," tegas Mandetta.
Mandetta adalah 1 dari 2 Menkes yang mundur dalam pemerintahan Bolsonaro sejak pandemi berlangsung.
Bolsonaro sebelumnya menyamakan Covid-19 dengan flu biasa dan memilih melonggarkan lockdown dengan alasan dapat mengganggu ekonomi negara, meski jumlah kasusnya terus bertambah. Hal ini membuatnya dikritik World Health Organization (WHO).
Selain publikasinya dibatasi, waktu dirilisnya data kasus Covid-19 juga makin mundur dan kini baru dibuka pada pukul 22.00 waktu setempat. Konferensi pers terkait pandemi juga makin jarang dilakukan dan terkadang digelar tanpa kehadiran menteri.
Juru Bicara Majelis Rendah Brasil Rodrigo Maia meminta pemerintah transparan dalam menyediakan data agar pemerintah daerah bisa merencanakan strategi yang tepat. Lembaga Bantuan Hukum Sao Paulo pun telah memasukkan mosi yang meminta Kemenkes kembali merilis data seperti sebelumnya.
Mengacu ke data Johns Hopkins University, Minggu (7/6) pukul 10.56 WIB, kasus positif Covid-19 di Brasil sudah mencapai 672.846 dan 35.026 kasus kematian. Angka ini membuat Brasil berada di posisi kedua negara dengan jumlah kasus tertinggi, di bawah AS yang mencatatkan lebih dari 1,92 juta kasus.