Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi baru saja melakukan panggilan telepon dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo. Terdapat tiga hal yang dibahas, yakni terkait Afganistan, kerja sama Covid-19, dan Palestina.
Plt Kepala Biro Dukungan Strategis Pimpinan (BDSP) Kementerian Luar Negeri Achmad Rizal Purnama mengatakan panggilan telepon itu dilakukan pada pagi hari ini, Rabu (27/5).
Pertama, keduanya membahas soal perkembangan Afghanistan. Adanya kesepakatan pemerintah Ashraf Ghani-Abdullah Abdullah dan adanya gencatan senjata antara taliban dan Afghanistan terkait Idul Fitri.
“Ini perkembangan penting yang tentu akan memuluskan proses ke depan Intra-Afghan Dialogue. Bu menteri menegaskan pentingnya kepemimpinan AS untuk terus mendorong proses perdamaian,” ujar Achmad, Rabu (27/5/2020).
Menurut Achmad, Menlu juga menyampaikan adanya pernyataan bersama dari lima negara yang disebut dengan QUINT yakni Qatar, Uzbekistan, Indonesia, Norwegia, Jerman atau yang biasa disebut dengan Quint untuk terus mendorong Intra-Afghan Dialogue.
Kedua, percakapan ini menyinggung soal kerja sama penanganan Covid-19. Menlu Retno menekankan pentingnya jaminan ketersediaan vaksin dan obat-obatan yang terjangkau bagi negara berkembang dan negara belum berkembang.
Baca Juga
Belum lama ini, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan akan memberikan bantuan ventilator kepada Indonesia lantaran hubungan baiknya dengan Presiden Joko Widodo. Bantuan tahap pertama direnanakan akan tiba pada akhir Mei ini atau awal Juni.
Ketiga, mereka membicarakan perihal Palestina. Menlu Retno terus mendorong dan mendukung perjuangan negara Palestina, terkait mengantisipasi rencana aneksasi yang sudah diumumkan oleh Israel.
Seperti diketahui, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji terus maju dengan langkah aneksasi dengan menduduki wilayah Tepi Barat atau West Bank.
Jika aneksasi terjadi, solusi perdamaian antara kedua negara bakal terancam. Palestina telah menyatakan kemarahannya atas rencana Israel untuk memperkuat cengkeramannya lebih lanjut di tanah yang direbutnya dalam perang Arab-Israel pada 1967 itu.