Bisnis.com, JAKARTA— Pemerintah Thailand berjibaku memulihkan Thai Airways yang kini terancam bangkrut akibat bisnisnya terhantam virus corona.
Dikutip dari Bloomberg, Selasa (19/5/2020), Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-Ocha menyatakan telah memutuskan agar Thai Airways memasuki proses rehabilitasi. Dia pun menyatakan dukungan pemerintah terhadap maskapai penerbangan pelat merah itu.
“Kami akan memberikan dukungan penuh kepada Thai Air meskipun tak akan mendapatkan dukungan finansial dari pemerintah,” ujarnya dalam diskusi.
Adapun, bisnis Thai Airways sebenarnya telah terganggu sebelum virus corona mengadang Negeri Gajah Putih. Tercatat, Thai Airways mencatatkan kerugian tahunan sejak 2013 karena kompetisi yang sengit di bisnis penerbangan dan kenaikan nilai tukar.
Tak heran bila tekanan semakin tinggi saat virus corona mengadang dan menghentikan industri pariwisata di Thailand.
Perusahaan berencana untuk melakukan kegiatan secara paralel dengan proses restrukturisasi. Sebagian besar perjalanan internasional masih terhenti hingga akhir Juni kendati perjalanan domestik mulai diberlakukan kembali.
Bila pengadilan menerima permohonan reorganisasi, perusahaan akan mendapatkan respons berupa hambatan bagi kemampuan kreditur untuk mengambil langkah pemulihan utang. Hal itu mengacu pada dokumen milik lembaga hokum Tilleke & Gibbins International Ltd.
Perusahaan memiliki total aset 257 miliar baht atau setara dengan US$8,1 miliar dan utang 245 miliar baht pada akhir 2019. Adapun, utang tersebut termasuk 74,1 miliar baht dalam bentuk obligasi, 46,5 miliar baht dalam bentuk pinjaman bank dan 23,3 miliar baht dalam bentuk pinjaman jangka panjang.
Di sisi lain, rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity) telah mencapai lebih dari dua kali dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya.
Thai Airways memperpanjang deretan maskapai penerbangan yang harus berjuang melawan kebangkrutan akibat virus corona. Maskapai penerbangan lain yang bernasib sama yakni Virgin Australia Holdings Ltd. dan Avianca Holdings SA, maskapai penerbangan kedua terbesar di Amerika Selatan telah meminta perlindungan akibat terancam bangkrut.