Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan tiga hal yang dapat diprioritaskan oleh Gerakan Non-Blok (GNB) untuk menangani pandemi global Covid-19.
"Pertama, perkuat solidaritas politik antara kita, karena hanya dengan bekerja sama, kita dapat memenangkan peperangan ini," ujar Presiden Jokowi, saat mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) GNB secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin (4/5/2020) malam.
Jokowi juga mengajak negara anggota GNB untuk memfokuskan energi dan waktu sepenuhnya guna mengatasi tantangan pandemi Covid-19.
Hal yang kedua, Jokowi menekankan pentingnya kerja sama yang konkret antara negara GNB, terutama dalam perolehan obat dan vaksin Covid-19 dengan harga yang terjangkau.
“Terjemahkan solidaritas politik ini jadi kerja sama yang konkret. Kita harus berjuang untuk mendapatkan akses yang berkeadilan dan tepat waktu terhadap obat-obatan dan vaksin Covid-19 dengan harga yang terjangkau,” katanya.
Lebih lanjut, Jokowi juga menekankan agar rezim paten dan hak kekayaan intelektual terkait obat dan vaksin dapat diterapkan secara fleksibel demi kemanusiaan. Dia mengajak untuk memperkuat kerja sama dalam pemulihan rantai pasokan global produk kesehatan dan kebutuhan pangan.
Baca Juga
"Ketiga, penguatan kemitraan global bagi negara berkembang. Kita perlu suarakan dan perjuangkan komitmen bantuan pembangunan dan kemanusiaan, keringanan utang, maupun kewajiban pembayaran utang dari kreditur resmi (official creditors) dapat dialihkan untuk pembiayaan penanganan COVID-19," ujarnya.
Jokowi menambahkan bahwa komitmen dari kelompok G-20 untuk penangguhan pembayaran utang bagi negara berpendapatan rendah perlu direalisasikan. Pada akhir sambutannya, Presiden Jokowi kembali menegaskan bahwa multilateralisme harus tetap menjadi landasan kerja sama internasional.
"Ke depan, negara berkembang harus berjuang untuk memperbaiki tata kelola kesehatan global, agar kita lebih siap menangani pandemi di masa depan," ujarnya lagi.
Presiden Jokowi juga mengingatkan bahwa 59 tahun lalu GNB didirikan untuk melawan “musuh bersama” yakni imperialisme dan neokolonalisme. Saat ini “musuh bersama” bagi negara anggota GNB adalah Covid-19.
Menurutnya, pandemi ini masih jauh dari usai. Oleh sebab itu, Presiden mengajak negara-negara GNB untuk bergerak cepat, cermat dan strategis.
Dalam KTT virtual yang diselenggarakan bertepatan dengan momentum Peringatan 65 Tahun Dasasila Bandung dan Perayaan 60 Tahun berdirinya GNB tersebut, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto turut mendampingi Presiden Jokowi.
KTT GNB pada tahun ini diselenggarakan di Baku, Azerbaijan, dan diawali oleh sambutan pembukaan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev selaku Ketua GNB. Tema dari KTT GNB kali ini adalah “Bersatu Melawan COVID-19” dan diikuti oleh sebagian besar pemimpin negara GNB, dan sejumlah organisasi internasional dan regional.
Turut hadir dalam KTT tersebut yang disusun secara abjad, yaitu Presiden Azerbaijan selaku Ketua GNB Ilham Aliyev, Presiden Sidang Umum Ke-74 PBB Tijjani Muhammed Bande, Direktur Jenderal Badan PBB untuk Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) Tedros Adhanom, Ketua Komisi Uni Afrika Mousa Faki Mahamat, Presiden Afghanistan Ashraf Gani, Presiden Algeria Abdelmadjid Tebboune, Presiden Kuba Miguel Diaz Canel, Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi, Presiden Indonesia Joko Widodo, Presiden Iran Hassan Rouhani, Presiden Mauritius Mohamed Ould Ghazouani, Presiden Nicaragua Daniel Ortega.
Hadir pula Presiden Nigeria Muhammadu Buhari, Presiden Pakistan Arif Alvi, Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa, Kepala Dewan Kedaulatan Sudan Abdel Fattah Abdelrahman Burhan, Presiden Togo Faure Essozimna Gnassingbe, Presiden Turkmenistan Gurbanguly Berdimuhamedow, Presiden Venezuela Nicolas Maduro, Presiden Zimbabwe Emmerson Mnangagwa, dan Wakil Presiden Namibia Nangolo Mbumba.
Adapun kepala pemerintahan yang hadir yaitu Perdana Menteri Belarusia Syarhey Rumas, Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed, Perdana Menteri India Narendra Modi, Perdana Menteri Malaysia Muhyidin Yassin, Perdana Menteri Nepal Khadga Prasad Sharma Oil, Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc, dan Wakil Perdana Menteri Bahrain Mohammed bin Mubarak Al Khalifa.