Bisnis.com, JAKARTA - Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 tengah menggenjot utilitas laboratorium Covid-19 dan berupaya mengatasi kendala utama yang dihadapi saat ini yaitu kekurangan sumber daya manusia (SDM).
Ketua Gugus Tugas Covid-19 Doni Monardo mengatakan bahwa terkait dengan SDM yang tersedia saat ini, utilitas laboratorium baru mampu melakukan pengecekan dengan metode PCR (polymerase chain reaction) sekitar 6.000 hingga 7.000 spesimen per hari. Pencapaiannya masih terpaut jauh dengan keinginan Presiden Joko Widodo, yakni 10.000 spesimen per hari.
Doni menjelaskan hal itu terjadi karena hanya ada satu shift petugas laboratorium dengan durasi kerja 8 jam per hari.
“Ini kalau ditingkatkan SDM laboratorium dibantu IDI daerah, kita harapkan bisa 16 jam. Kalau sudah bisa 16 jam, bisa di atas 12.000 [spesimen per hari], karena reagen tersedia dan komponen untuk mendukung swab juga tersedia,” kata Doni usai rapat terbatas dengan Presiden Jokowi melalui video conference, Senin (4/5/2020).
Dia mengatakan bahwa Gugus Tugas Covid-19 telah mendatangkan lebih dari 420.000 reagen PCR. Seperti diketahui, reagen merupakan zat untuk membuat reaksi kimia yang dibutuhkan. Zat atau senyawa ini menjadi komponen inti untuk membaca infeksi virus Corona pada spesimen.
Doni melanjutkan, pada Minggu kemarin (3/5/2020) juga telah sampai 500.000 VTN dan RNA, sehingga pada pekan ini Indonesia memiliki 1 juta reagen VTM dan ekstrak RNA.
Baca Juga
Adapun, VTM atau viral transportat medium adalah media pembawa spesimen yang akan diuji di laboratorium. Dengan demikian, kapasitas pengujian dengan memanfaatkan 59 laboratorium dapat dilakukan secara optimal.
Adapun, Presiden Jokowi dalam pembukaan rapat, selain berbicara mengenai pengujian spesimen, juga meminta setiap daerah memiliki target yang terukur dari pelacakan terhadap orang-orang yang berpotensi terinfeksi.
“Apakah pelacakan yang agresif telah dikerjakan? Berapa yang telah di-tracing setiap hari. Betul-betul ini harus dikerjakan,” katanya.
Selanjutnya isolasi yang ketat juga menjadi hal penting yang harus dilakukan dalam upaya memutus rantai penyebaran virus. Presiden mencatat ada pasien positif yang bisa kabur dari rumah sakit, dan juga pasien dalam pengawasan (PDP) yang masih beraktivitas di luar ruang.
“Kemudian juga apakah juga warga yang berisiko yang manula yang memiliki riwayat penyakit, ini sudah diproteksi betul. Evaluasi-evaluasi yang terukur ini perlu dilakukan,” kata Presiden.