Bisnis.com, JAKARTA -- Para ilmuwan di China telah menemukan lebih dari 30 mutasi virus corona baru, yang menurut mereka sebagian dapat menjelaskan mengapa itu lebih mematikan di bagian-bagian tertentu di dunia.
Para peneliti dari Universitas Zhejiang mengatakan mereka memiliki "bukti langsung" bahwa virus "telah memperoleh mutasi yang mampu secara substansial mengubah patogenisitasnya".
Dikutip dari news.sky.com, Rabu (22/4/2020), studi ini ditulis oleh sebuah tim termasuk Profesor Li Lanjuan, salah satu ilmuwan top China yang dilaporkan ahli pertama yang mengusulkan lockdown di Wuhan tempat Covid-19 berasal.
Sampel diambil dari 11 pasien yang dirawat di rumah sakit di Hangzhou antara 22 Januari 2020 dan 4 Februari 2020 selama fase awal wabah. Dengan menggunakan "ultra-deep sequencing", para peneliti mengidentifikasi 33 mutasi dari virus corona yang dikenal sebagai SARS-CoV-2 - yang 19 diantaranya baru.
Mutasi paling mematikan pada pasien dalam penelitian ini juga telah ditemukan pada sebagian besar pasien di seluruh Eropa. Sementara itu, jenis yang lebih ringan adalah jenis dominan yang ditemukan di bagian Amerika Serikat, seperti negara bagian Washington.
Satu mutasi yang ditemukan pada lima pasien yang terlibat dalam penelitian sebelumnya hanya terlihat pada satu kasus di Australia, menurut penelitian. Para peneliti mengatakan temuan menunjukkan "keragaman sebenarnya dari strain virus sebagian besar masih kurang dihargai".
Baca Juga
Mereka juga memperingatkan pengembang vaksin perlu mempertimbangkan dampak dari "akumulasi mutasi...untuk menghindari potensi jebakan". Dalam studi tersebut, para peneliti menilai viral load yang artinya jumlah virus dalam sel manusia setelah satu, dua, empat dan delapan jam, serta pada hari berikutnya dan 48 jam kemudian.
Para peneliti menemukan jenis virus yang paling agresif dibuat hingga 270 kali lipat dari jumlah virus dibandingkan jenis yang paling tidak manjur. Prof Li dan rekannya mengatakan temuan mereka juga menunjukkan bahwa "viral load yang lebih tinggi mengarah pada rasio kematian sel yang lebih tinggi".
Sepuluh dari 11 pasien yang terlibat dalam penelitian ini yang termasuk delapan laki-laki dan tiga perempuan berusia antara empat bulan dan 71 tahun memiliki "gejala sedang atau lebih buruk" dari Covid-19. Mereka semua sudah pulih dari virus.
Temuan itu, yang belum ditinjau oleh sejawat, disetujui oleh Universitas Zhejiang, kata penelitian itu. Ada lebih dari 2,4 juta kasus virus korona di seluruh dunia dan lebih dari 170.000 kematian, menurut Universitas Johns Hopkins, yang mendata wabah tersebut.