Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kuantitas Politisi Perempuan Dinilai Belum Sebanding dengan Kualitasnya

Tak dapat dipungkiri kehadiran perempuan dalam panggung politik Tanah Air makin bertambah, sejalan dengan makin banyaknya kaum hawa yang duduk di parlemen maupun memimpin suatu daerah.
Gedung DPR
Gedung DPR

Bisnis.com, JAKARTA - Tak dapat dipungkiri kehadiran perempuan dalam panggung politik Tanah Air makin bertambah, sejalan dengan makin banyaknya kaum hawa yang duduk di parlemen maupun memimpin suatu daerah.

Namun, menurut Politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Tsamara Amany Alatas, hal tersebut belum memberikan kontribusi yang signifikan bagi kehidupan kaum hawa. Pasalnya, mereka tak banyak menyuarakan isu-isu terkait dengan perempuan yang sudah sejak lama selalu terpinggirkan.

“Kuantitasnya [politisi perempuan] tidak sejalan dengan kualitasnya. Banyak isu-isu yang urgen terkait hak perempuan seperti RUU [Rancangan Undang-Undang] PKS [Penghapusan Kekerasan Seksual] tak kunjung selesai. Malah ada RUU Ketahanan Keluarga yang mendegradasi peran perempuan bisa lolos,” katanya kepada Bisnis, dikutip Selasa (21/4/2020).

Dia menilai tak jarang politisi perempuan hanya menjadi perpanjangan tangan dari politisi pria untuk melanggengkan pengaruhnya. Alhasil, berbagai kebijakan yang dikeluarkan pun setali tiga uang dengan sebelumnya.

“Banyak [politisi perempuan] yang hanya melanjutkan peran suaminya atau mungkin orang tuanya. Sebenarnya tidak ada yang salah selama mereka berkualitas. Tetapi faktanya mereka ada di bawah pengaruh kekuasaan atau dominasi laki-laki dalam mengambil kebijakan atau menyuarakan aspirasinya,” tuturnya.

Kemudian budaya patriaki yang kental di masyarakat Indonesia juga membuat politisi perempuan dipandang sebelah mata. Menurut Tsamara, politisi perempuan masih saja dianggap sebagai penggembira semata untuk menggalang dukungan terhadap partai politik dari masyarakat.

“Dianggap hanya gimmick saja sebagai vote gather karena cantik untuk menarik perhatian, terutama mereka yang muda. Saya pun juga sering dianggap demikian, apalagi oleh politisi senior dianggap tidak paham atau tidak tahu apa-apa. Tapi untuk di internal PSI tidak rasanya, di luar iya,” ungkapnya.

Politisi berusia 23 tahun itu ternyata punya cara tersendiri untuk menghadapi berbagai cibiran dari politisi senior. Dia cukup menganggap cibiran tersebut sebagai angin lalu yang tak ada faedahnya untuk direspons.

“Fokus pada isu-isu substansial, jangan terpengaruh untuk merespons yang bukan subtansial, cuma untuk meramaikan. Isu-isu substansial jika terus disuarakan dengan cepat akan mengubah awareness masyarakat,” paparnya.

Tsamara juga berpesan kepada kaum muda, khususnya perempuan Indonesia tak perlu ragu untuk terjun ke dunia politik. Menurutnya, berpolitik adalah cara yang tepat untuk menciptakan adanya perubahan dalam berbagai bidang kehidupan.

“Jangan takut, tantangan bagi mereka yang masuk ke dunia politik di usia 40-50an [tahun] sama dengan yang masuk di usia 20an [tahun]. Sama-sama belajar dari nol,” tegasnya.

Terakhir, dia berharap agar makin banyak sosok perempuan seperti Rasuna Said yang sadar bahwa dibutuhkan perjuangan politik untuk memperjuangkan kemajuan kaum perempuan di Indonesia.

Pahlawan nasional asal Sumatra Barat itu selama ini menjadi sosok panutan bagi penulis buku 'Curhat Perempuan: Tentang Jokowi, Ahok, dan Isu-Isu Politik Kekinian’ itu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rezha Hadyan
Editor : Nurbaiti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper