Bisnis.com, JAKARTA - Tiga jurnalis asal China bernama Chen Quishi, Fang Bing, dan Li Zehua hilang sejak melaporkan pengendalian virus Corona di Wuhan. Kurang lebih, sudah dua bulan mereka hilang dan tidak ada satupun petunjuk di mana mereka berada sekarang.
"Sebelum menghilang, ketiganya mencoba menginformasikan kepada dunia bagaimana situasi wabah virus Corona sesungguhnya di Wuhan," sebagaimana dikutip dari situs Daily Mail, Kamis (16/4/2020).
Chen Quishi, misalnya, hilang sejak tanggal 6 Februari 2020. Sebelum hilang, dia masuk ke Wuhan untuk menunjukkan bagaimana situasi di sana pra lockdown. Wuhan sendiri adalah pusat penyebaran awal virus SARS-CoV-2 di dunia.
Lewat kanal videonya, Quishi mencoba menunjukkan betapa banyakanya pasien yang tidak tertangani di Wuhan. Salah satu videonya yang viral adalah laporan tidak cukupnya kapasitas rumah sakit di Wuhan untuk pasien Covid-19. Saking tidak cukupnya, ada pasien yang meninggal di kursi roda tanpa sempat ditangani.
"Ia hilang ketika hendak mengunjungi rumah sakit baru yang dibuat oleh pemerintah China," sebagaimana dikutip dari Daily Mail.
Hingga berita ini ditulis, keluarga Quishi masih berupaya mencari keberadaannya. Kampanye di media sosial digunakan untuk mendapatkan bantuan. Ibu Quishi juga membuat video yang memohon anaknya untuk kembali.
"Bisakah kalian memberi tahu kami di mana dan bagaimana kondisi Quishi sekarang? Mungkinkah kami bisa bertemu dan berbicara dengannya lagi? Chen Quishi telah hilang kontak selama 68 hari sejak melaporkan kondisi virus Corona di Wuhan. Tolonglah dia," ujar akun Twitter Quishi yang dipegang oleh kerabatnya.
Tiga hari sesudah Quishi hilang, giliran Fang Bin yang raib. Sama seperti Quishi, ia juga membuat laporan video. Salah satu yang viral adalah laporannya soal jenazah-jenazah virus Corona ditumpuk di dalam bus. Sebelum ia hilang, video terakhirnya adalah pemeriksaan suhu secara massal oleh otoritas kesehatan China.
Sementara itu, untuk Li Zehua, dia hilang sejak 26 Februari. Dari semua jurnalis yang hilang, Zehua adalah yang paling muda. Ia adalah jurnalis untuk stasiun televisi milik pemerintah China, CCTV.
Sebelum hilang, Zehua membuat laporan soal kondisi pandemi di lokasi-lokasi sensitif. Beberapa di antaranya adalah tempat kremasi hingga Institusi Virologi China. Media Radio Free Asia menduga ia hilang akibat membuat laporan tentang situasi di Institusi Virologi itu.
"Diduga, ia diincar karena membuat laporan tentang Institusi Virologi China. Institusi dengan nilai US$ 34 juta itu tengah dikait-kaitkan dengan teori konspirasi bahwa virus Corona diciptakan di sana," dikutip dari Daily Mail.
Pemerintah Amerika meminta China untuk mencari keberadaan tiga jurnalis tersebut. Menurut anggota Kongres Amerika, Jim Banks, ketiganya hanya menjalankan tugas untuk melaporkan fakta.
"Ketiganya paham bahaya dari pekerjaan mereka, secara independen melaporkan situasi pengendalian virus Corona di China. Tetapi, mereka tetap melakukannya," ujar Banks.
Perlu dicatat bahwa beberapa bulan terakhir, Amerika Serikat konsisten menyerang China sebagai dalang pandemi yang terjadi.
Hilangnya seseorang sejak mengkritik penanganan virus Corona bukan hal baru di China. Sebelumnya, anggota Partai Komunis dan pengusaha real estate, Ren Zhiqiang, hilang karena mengkritik cara Presiden China, Xi Jinping, menangani virus yang menyebabkan penyakit Covid-19.