Bisnis.com, JAKARTA - Peneliti Eijkman - Oxford Clinical Research Unit (EOCRU), Iqbal Elyazar mengatakan, kasus positif Covid-19 di Indonesia yang sudah menembus angka 5.000 merupakan refleksi dari penularan satu hingga tiga pekan sebelumnya.
Angka ini turut dipengaruhi dari tingginya mobilitas orang. Sekarang kasus sudah menyebar di 34 provinsi, dibandingkan dengan dengan awal pandemi.
“Mobilitas orang yang menyebabkan penularan itu terjadi di tujuh pulau utama kita," katanya saat dihubungi, Kamis (16/4/2020).
Iqbal menyayangkan belum adanya instrumen dari pemerintah yang bisa melarang orang untuk berpergian.
Selain itu, angka ini dipengaruhi oleh meningkatnya kemampuan laboratorium dalam memeriksa sampel. Rata-rata laboratorium Covid-19 memeriksa antara 1000-2000 sampel per hari.
“Minggu depan, semakin banyak sampel yang diperiksa, maka akan semakin banyak kasus positif yang dilaporkan," ucap dia.
Menurut Iqbal, Indonesia belum masuk pada fase puncak penularan meski kasus positif Covid-19 sudah mencapai 5 ribu.
"Kita ini masih di lereng yang terjal," tuturnya.
Iqbal dan sejumlah koleganya pernah merilis proyeksi kasus Covid-19 di Indonesia. Mereka mengatakan tanpa intervensi cepat dari pemerintah, kasus positif Covid-19 di Indonesia bisa mencapai 11-71 ribu di akhir bulan ini.
Iqbal dan timnya tidak memperbarui proyeksinya kendati pemerintah sudah mengeluarkan sejumlah kebijakan. Alasannya kajian itu sengaja dibuat untuk mengingatkan pemerintah.
"Tim kami belum menghitung dampak intervensi pemerintah tapi masih fokus meneliti kepada pengaruh mobilitas terhadap penyebaran Covid-19 di tujuh pulau utama."
Iqbal menjelaskan kebijakan PSBB di sejumlah kota dan provinsi secara teori bisa mengendalikan penularan Covid-19. Alasannya bisa mengurangi kontak antara orang yang terinfeksi dan orang lainnya.
Yang belum diketahui adalah seberapa besar PSBB ini menekan mobilitas pengguna transportasi umum?
“Lima puluh persen, 75 persen, 95 persen? Datanya belum ada yang keluar, karena saya baca KRL masih ramai digunakan."