Bisnis.com, JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR, Ribka Tjiptaning mengatakan bahwa perhatian yang berlebih dari pemerintah terhadap penanganan wabah Covid-19 telah memunculkan lebih banyak nuansa politik ketimbang tindakan medis sendiri, sedangkan wabah demam berdarah dengue (DBD), dan tuberculosis (TB) TBC cenderung diabaikan.
Penilaian itu disampaikan Ribka dalam acara Rapat Dengar Pendapat RDP Komisi IX DPR dengan jajaran Kementerian Kesehatan secara virtual hari ini, Selasa (14/4). RDP tersebut dipimpin oleh oleh pimpinan Komisi IX DPR Anshori Siregar dari Fraksi PKS
“Saya melihat penanganan Covid-19 ini lebih banyak dilihat dari sisi politisnya ketimbang dari sisi medis itu sendiri,” ujarnya.
Disebutkan bahwa menonjolnya sisi politis tersebut terlihat dari banyaknya pejabat yang berbicara isuCovid-19.
Selain itu, ujarnya, juga besarnya anggaran yang disediakan pemerintah hingga ratusan triliun untuk penanganan Covid-19 ketimbang dua penyakit yang sudah sejak lama berjangkit di Indonesia seperti DBD dan TBC yang hanya diberi anggaran sekitar seratus miliar rupiah.
Ribka mengatakan meski pemerintah saat ini tengah fokus untuk pencegahan dan penyembuhanpasien Covid-19, pemerintah juga diminta melakukan langkah antisipasi dan pencegahan agar DBD dan TB tidak semakin tinggi di Indonesia dengan jumlah korban yang tidak kalah dari Covid-19.
Baca Juga
Dia bahkan mengatakan penyebaran wabah TB di Indonesia tercatat sebagai nomor tiga terbesar di dunia.
Pada sisi lain, politisi PDI Perjuangan itu melihat adanya bias informasi soal Covid-19. Menurutnya, banyak pasien meninggal dituduh terkena wabah Covid-19, padahal pasien itu meninggal akibat penyakit lain termasuk DBD dan TB.
Dia juga menyayangkan ketika mengumumkan korban meninggal akibat wabah Covid-19, tidak disebutkan penyakit lain yang menyertainya.
“Tak pernah disebutkan korban Covid-19 meninggal akibat penyakit jantung misalnya atau penyakit lain yang setiap tahun ada korbannya seperti DBD dan TB,” katanya.
Hingga 4 April 2020 jumlah yang meninggal akibat DBD telah mencapai 254 orang. Hal itu berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan yang disampaikan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor Kemenkes Nadia Siti Tarmidzi.
Menurut Nadia, kasus tertinggi dan masuk dalam kategori waspada DBD di Indonesia adalah Provinsi Jawa Barat dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Angka kematian akibat DBD tertinggi berada di NTT yaitu 48 jiwa, Jawa Barat 30 jiwa, Jawa Timur 24 jiwa, Jawa Tengah 16 jiwa, dan Lampung 16 jiwa.