Bisnis.com, JAKARTA - Banyak para ahli memprediksi bahwa pandemi Covid-19 akan menjadi titik balik dari globalisasi, ketatanegaraan, liberalisme, sistem ekonomi dan sosial hingga lingkungan, budaya bahkan musik.
Akan tetapi, fenomena itu tampaknya tidak berlaku bagi Presiden AS Donald Trump. Dia gagal untuk berubah. Bahkan, dia menolak untuk berbalik.
Sebagai gantinya, dia bersikeras untuk tetap berpegang pada lintasan yang sama yang dia harapkan akan membantunya memenangkan pemilihan presiden untuk masa jabatan kedua nantinya. Dia mengabaikan kerusakan yang mungkin ditimbulkannya terhadap Amerika Serikat di tengah wabah Covid-19.
Demikian pendapat Marwan Bishara, analis politik senior Aljazeera menilai krisis kesehatan dan sosial ekonomi yang semakin mendalam di AS. Bayangkan, angka kematian di negara itu akibat wabah Covid-19 telah mencatat rekor terbanyak di dunia, yakni lebih 20.071 orang.
Trump melihat masih berpeluang untuk menjadi pemimpin AS di masa datang kendati wabah tersebut telah membuat pelemahan ekonomi dan sosial.
Mengutip kutipan dari film klasik karya Aaron Sorkin, “The American President”: "Orang-orang menginginkan kepemimpinan, dan tanpa adanya kepemimpinan yang tulus, mereka akan mendengarkan siapa pun yang naik ke panggung untuk jadi pemimpin.
Mereka sangat haus kepemimpinan karenanya mereka akan merangkak ke padang pasir menuju fatamorgana. Ketika mereka menemukan tidak ada air, maka mereka akan minum pasir."
“Pasir pada dasarnya adalah segalanya sejak Trump mulai menggunakan krisis virus corona untuk mendominasi debat nasional. Dia menang dalam jajak pendapat dan memuluskan jalan menuju masa jabatan kedua, ujar Bishara seperti dikutip Aljazeera.com, Minggu (12/4/2020).