Bisnis.com, JAKARTA - Swedia menjadi negara yang memilih tidak melakukan lockdown di saat mayoritas negara Eropa melakukannya.
Restoran, bar, taman kanak-kanak, dan sekolah, masih tetap buka di Swedia. Pemerintah mengandalkan aksi sukarela untuk membendung penyebaran virus Corona penyebab Covid-19.
Pendekatan kontroversial Swedia terhadap virus menarik perhatian Presiden AS Donald Trump.
"Swedia melakukan itu, kawanan, mereka menyebutnya kawanan. Penderitaan Swedia sangat, sangat buruk," kata Trump pada Selasa, merujuk pada kekebalan kelompok/kawanan yang dikenal sebagai herd immunity.
Herd immunity adalah metode ekstrem penanggulangan virus dengan membiarkan populasi terinfeksi sampai memiliki resistensi terhadap virus.
Pemerintah Swedia yakin kebijakannya dapat berjalan. Menteri Luar Negeri Ann Linde mengatakan kepada TV Swedia pada Rabu bahwa Trump salah dengan menyebut Swedia mengikuti teori kekebalan kelompok, membiarkan cukup banyak orang mengidapvirus sambil melindungi yang rentan, yang berarti populasi suatu negara membangun kekebalan terhadap penyakit.
"Tidak ada lockdown dan kami sangat bergantung pada orang yang mengambil tanggung jawab sendiri," kata Ann Linde terkait strategi Swedia.
Ahli epidemiologi negara, Anders Tegnell, juga menyangkal kritik Trump yang menyebut Swedia memberlakukan tanggapan virus yang buruk. "Saya pikir Swedia baik-baik saja," katanya, dikutip dari CNN, 11 April 2020.
"Ini membuahkan hasil yang berkualitas dengan cara yang sama selalu dilakukan. Sejauh ini perawatan kesehatan Swedia menangani pandemi ini dengan cara yang fantastis," katanya.
Pada 9 April, Swedia memiliki 9.141 kasus virus COVID-19 dan 793 kematian, menurut Johns Hopkins University.
Tindakan Swedia adalah mendorong dan merekomendasikan, bukan dengan paksaan. Dua hari setelah Spanyol memberlakukan lockdown nasional pada 14 Maret, otoritas Swedia mendorong orang untuk mencuci tangan dan tinggal di rumah jika sakit. Pada 24 Maret, aturan baru diperkenalkan untuk menghindari berkerumun di restoran. Tetapi kebanyakan masih buka.
Begitu juga banyak sekolah dasar dan menengah. Pertemuan hingga 50 orang masih diizinkan.
Tegnell membela keputusan untuk menjaga sekolah tetap terbuka. "Kita tahu bahwa menutup sekolah memiliki banyak efek pada perawatan kesehatan karena banyak orang tidak dapat pergi ke tempat kerja mereka lagi. Banyak anak-anak menderita ketika mereka tidak bisa pergi ke sekolah."
Elisabeth Liden, seorang jurnalis di Stockholm, mengatakan bahwa kota itu kurang ramai sekarang. "Kereta bawah tanah berubah dari benar-benar penuh sesak menjadi hanya memiliki beberapa penumpang per gerbong. Saya menganggap bahwa sebagian besar orang mengambil rekomendasi untuk menjaga jarak sosial dengan serius."
Liden menambahkan beberapa orang Swedia juga tidak akan mencium pasangan mereka atau menggelar acara Paskah.
Sebagian besar fokus Swedia adalah melindungi orang tua. Siapa pun yang berusia 70 atau lebih telah diberitahu untuk tinggal di rumah dan membatasi kontak sosial mereka sebanyak mungkin. Seorang pejabat pemerintah Swedia mengatakan bahwa secara keseluruhan orang mendukung pendekatan pemerintah.
Namun, banyak yang kesal tidak ada larangan mengunjungi rumah panti jompo, dan sekarang virus tersebar luas di antara panti jompo sehingga jumlah kematian meningkat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ragu dengan pendekatan Swedia. Melihat lonjakan kematian Swedia, WHO mengatakan bahwa penting bagi Swedia meningkatkan langkah-langkah untuk mengendalikan penyebaran virus, mempersiapkan dan meningkatkan kapasitas sistem kesehatan untuk mengatasi, memastikan jarak fisik dan mengomunikasikan tindakan tegas terhadap populasi.
"Hanya pendekatan 'semua masyarakat' yang akan bekerja untuk mencegah eskalasi dan membalikkan situasi ini," kata seorang juru bicara WHO Eropa.
"Kurva" Swedia atau tingkat infeksi dan kematian yang disebabkan virus Corona, jelas lebih curam dibandingkan dengan banyak negara Eropa lainnya dengan ukuran yang lebih ketat. Sebuah studi oleh Imperial College London memperkirakan bahwa 3,1 persen dari populasi Swedia terinfeksi pada 28 Maret, dibandingkan dengan 0,41 persen di Norwegia dan 2,5 persen di Inggris.
Adapun kematian, pada 8 April, ada 67 kematian per 1 juta warga Swedia, menurut Kementerian Kesehatan Swedia. Norwegia memiliki 19 kematian per juta, Finlandia tujuh per juta. Jumlah kematian naik 16 persen pada hari Rabu.
Beberapa peneliti Swedia menuntut pemerintah lebih ketat. Minggu ini beberapa dokter Swedia terkemuka menulis surat terbuka yang mengeluhkan banyaknya orang mengunjungi bar, restoran, dan pusat perbelanjaan, bahkan lereng ski.
Cecilia Söderberg-Nauclér, seorang peneliti imunologi virus di Karolinska Institute di Swedia, adalah satu dari lebih dari 2.000 profesional kesehatan dan peneliti yang menandatangani petisi yang menuntut tindakan lebih keras. "Kami tidak memenangkan pertempuran ini. Ini mengerikan," katanya.
"Di mana saya tinggal, orang-orang bekerja dari rumah, tetapi mereka pergi ke restoran lokal, kafe lokal dan mereka menggabungkan orang tua dan orang muda dari sekolah dan universitas. Itu bukan jarak sosial," ujarnya.
Tom Britton, profesor statistik matematika di Universitas Stockholm, meneliti model bagaimana penyakit menular berperilaku dalam suatu populasi.
Dia percaya 40 persen populasi ibu kota Swedia akan terinfeksi pada akhir April. "Tebakan terbaik saya hari ini adalah 10 persen atau sedikit lebih dari orang Swedia saat ini memiliki virus di seluruh negeri."
Beberapa penentang kebijakan pemerintah khawatir bahwa ketergantungan pada perilaku sukarela akan menyebabkan lonjakan kasus yang jauh lebih cepat, berpotensi membanjiri sistem perawatan kesehatan. Swedia juga memiliki salah satu rasio tempat tidur perawatan kritis per kapita terendah di Eropa, dan pejabat pemerintah mengatakan bahwa pasokan peralatan pelindung virus Corona hanya bertahan sesuai permintaan saat ini.
Namun, dalam beberapa hal, Swedia lebih siap menghadapi virus Corona daripada negara lain. Sekitar 40 persen dari tenaga kerja Swedia bekerja dari rumah secara teratur. Bahkan sebelum virus Corona menyerang, Swedia memiliki rasio yang tinggi untuk orang yang tinggal sendiri dalam satu atap, sedangkan di Eropa selatan mayoritas orang dari tiga generasi tinggal dalam satu atap.