Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DPR Kritik BPOM Belum Maksimal Sosialisasi Obat Tradisional untuk Covid-19

Andi Ruskati mengatakan pentingnya sosialisasi soal obat-obatan adalah karena sekitar dua pekan lagi umat Islam akan memasuki bulan suci Ramadan.
Pameran produk bahan baku industri farmasi, pangan fungsional, serta produk nutrisi dan kesehatan pada CPhI South East Asia dan Hi South East Asia 2017 di Jakarta, Rabu (22/3)./JIBI-Dwi Prasetya
Pameran produk bahan baku industri farmasi, pangan fungsional, serta produk nutrisi dan kesehatan pada CPhI South East Asia dan Hi South East Asia 2017 di Jakarta, Rabu (22/3)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR, Andi Ruskati menilai sosialisasi yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) belum dirasakan oleh masyarakat di daerah sehingga masih banyak produksi obat tradisional rumahan yang belum memenuhi standar terkait penanganan wabah Covid-19.

“Saya melihat Badan POM belum ada ada pergerakan yang signifikan di daerah, padahal bulan puasa sudah dekat,” ujar politisi Partai Gerindra dari Sulawesi Barat tersebut dalam acara rapat dengar pendapat (RDP) antara Komisi IX DPR dengan Kepala BPOM, Kemenkes, Dirjen Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kemenperin, serta Dirjen Perdagangan Kemendag dan sejumlah asosiasi industri produk kesehatan lainnya.

Rapat secara virtual itu dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi IX DPR, Melki Laka Lena, Rabu (8/4/2020).

Andi Ruskati mengatakan pentingnya sosialisasi soal obat-obatan adalah karena sekitar dua pekan lagi umat Islam akan memasuki bulan suci Ramadan. Menurutnya, kondisi puasa akan membuat masyarakat membutuhkan daya tahan tubuh yang lebih tinggi dari hari-hari biasa.

Dengan demikian pengawasan obat menjadi sangat penting karena banyaknya obat rumahan yang beredar di tengah masyarakat tanpa diketahui standar kesehatannya.

“Bagaimana pengawasan terhadap maraknya produksi rumahan atas minuman untuk daya tahan dan jamu,” ujarnya mempertanyakan karena 15 hari lagi akan masuk bulan Ramadan,” uajrnya.

Dia mengingatkan pentingnya ketersediaan obat dan multivitamin. Dikatakan, di daerah pemilihannya, sosialisasi dan edukasi soal Covid-19 dari pihak Kemenkes belum memadai selain belum jelasnya zona-zona penyebaran wabah Covid-19.

“Kami ingin tahu zona-zona penyebaran Covid-19 ini seperti apa terutama di daerah-daerah, apakah zona merah, kuning taua hijau” ujarnya.

Sementara itu, Kepala BPOM Penny Kusumastuti Lukito mengakui tak semua laboratorium di daerah memiliki kapasitas untuk pengujian wabah Covid-19.

Menurutnya, berdasarkan data Kemenkes, hanya ada 14 laboratorium dari 49 di seluruh Indonesia yang siap beroperasi untuk kepentingan tersebut.

Padahal, dia mengatakan bahwa ketersediaan laboratorium untuk pengecekan spesimen virus corona baru penyebab wabah Covid-19 sangat penting dalam upaya percepatan penanganan Covid-19.

Namun demikian, dia mengatakan bahwa untuk membantu laboratorium-laboratorium rujukan di beberapa wilayah yang belum memenuhi persyaratan, pihaknya sudah berkomunikasi dengan pimpinan di daerah.

"Dari lab Badan POM maupun daerah masing-masing itu juga kita bisa merespons apabila kondisi semakin meningkat di beberapa daerah lain," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper