Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Meski Bukan Anggota WHO, Taiwan Sukses Tangani Pandemi Corona

Menggunakan pelacakan telepon untuk menegakkan karantina wajib, Taiwan berhasil mengendalikan penyebaran virus corona.
Seorang militer memegang bendera nasional Taiwan saat menghadiri upacara pengibaran bendera di Chiang Kai-shek Memorial Hall, di Taipei, Taiwan, 16 Maret 2018./Reuters
Seorang militer memegang bendera nasional Taiwan saat menghadiri upacara pengibaran bendera di Chiang Kai-shek Memorial Hall, di Taipei, Taiwan, 16 Maret 2018./Reuters

Bisnis.com,JAKARTA - Meski diselimuti problem diplomatik dengan China dan tidak memiliki akses ke WHO, Taiwan mampu menangani pandemi ini dengan kesiapsiagaan sejak awal virus merebak.

Menggunakan pelacakan telepon untuk menegakkan karantina wajib, Taiwan berhasil mengendalikan penyebaran virus corona. Saat ini, jumlah kasus aktif di Taiwan berdasarkan catatan Worldometer mencapai 373 dengan 5 kematian dan 57 orang dinyatakan pulih.

Jumlah kasus dan kematian mampu ditekan meski Taiwan hanya berjarak 130 km dari pusat penyebaran virus di China daratan.

Ketika Inggris, AS, Italia, dan negara-negara lain di luar China berjuang untuk mengatasi meningkatnya kasus virus di dalam perbatasan mereka, banyak yang memperhatikan keberhasilan Taiwan. Para ahli dan pejabat mengatakan kontrol yang efektif di Taiwan dapat dikaitkan dengan penggunaan teknologi, pusat komando terpadu, sistem perawatan kesehatan, dan pengambilan keputusan yang cepat.

Pemerintah Taiwan dengan sigap menerapkan kontrol perbatasan dan merupakan negara adalah yang pertama melarang ekspor masker medis. Tidak seperti pada 2003, ketika severe acute respiratory syndrome (SARS) menewaskan puluhan orang di Taiwan setelah menyebar dari China selatan.

Pengalaman terjangkit SARS membuat Taiwan siaga sejak dini. Selain itu, kini negara itu telah memiliki akses ke teknologi yang lebih maju untuk menaklukkan pandemi. Sedangkan pada 2003 China dikritik karena keterlambatan pelaporan kepada WHO.

"Apa yang kami pelajari dari SARS adalah bahwa kami harus sangat skeptis dengan data dari China. Kami belajar dengan sangat keras saat itu dan pengalaman itu adalah sesuatu yang tidak dimiliki negara lain," kata Chan Chang-chuan, dekan College of Public Health University National Taiwan, seperti dilansir The Guardian.

Di Taiwan, sebagian besar warga tetap beraktivitas seperti biasa. Kantor dan sekolah tetap beroperasi. Demikian pula dengan restoran, gimnasium, dan kafe di ibu kota Taipei, yang masih ramai, meskipun sebagian besar tempat menerapkan protokol kesehatan.

Pemerintah telah membeli semua produksi masker dalam negeri dan menjatah pembelian menjadi hanya tiga masker per orang per minggu.

"Semua orang benar-benar bersatu pada saat ini dan memercayai kebijakan pemerintah. Awalnya mereka kelihatan kasar, tetapi sekarang saya percaya itu adalah keputusan yang bijak," kata Andy Chen, manajer umum Taiwan Comfort Champ, produsen masker yang telah diperintahkan untuk meningkatkan produksi.

Seperti diketahui, Taiwan bukan anggota WHO. China yang mengklaim Taiwan merupakan bagian dari wilayahnya menghalangi keikutsertaan negara itu dalam organisasi internasional. Meski demikian Taiwan juga merupakan negara berdaulat dengan pemerintah yang independen dan dipilih secara demokratis.

Sejak 2017, Taiwan telah dilarang menghadiri pertemuan tahunan WHO. Dalam pandemi ini, Taiwan juga tidak diizinkan bergabung dalam pertemuan darurat WHO tentang virus corona.

Namun demikian, pakar Taiwan tetap diizinkan untuk berpartisipasi dalam forum online WHO tentang Covid-19 pada 12 Februari 2020 dalam kapasitas profesional. Kementerian luar negeri China mengatakan Beijing telah memberikan izin, sementara Taipei mengatakan Negeri Tirai Bambu tidak ada hubungannya dengan keikutsertaan itu.

Problematika ini telah menjadi ganjalan bagi Taiwan di tengah wabah virus. Taipei mengatakan hal itu adalah kerugian besar bagi kesehatan global. Sejumlah pemimpin, termasuk Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe telah menyerukan agar WHO mengizinkan Taiwan untuk bergabung.

"Bagi kami, menerima informasi tepat waktu sangat penting. Taiwan juga perlu memberi tahu WHO bahwa Taiwan tidak dapat berbagi pengalaman sukses kami jika kami tidak dapat berpartisipasi," kata Kolas Yotaka, juru bicara kabinet Taiwan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper