Bisnis.com, JAKARTA - Camat Cisarua, Kabupaten Bogor, Deni Humaidi, mengatakan sejak Peraturan Bupati Bogor tentang Karantina Desa diterbitkan sepekan yang lalu dia langsung menginstruksikan semua Kepala Desa di wilayahnya untuk menerapkannya.
Sebab wilayah Cisarua merupakan Kecamatan yang paling rentan terpapar karena banyaknya warga dari luar, bahkan luar negeri yang masuk. Sehingga penerapan karantina desa adalah yang paling pas, menjaga wilayah dari pendemi Covid-19.
"Belum semua, tapi 70 persen. Warga pasang portal sendiri di gang-gang masuk ke desanya, jadi gak sembarang orang lagi bisa masuk," ucap Deni.
Begitu pun karantina desa sudah masif diterapkan di wilayah Kecamatan Cigudeg, setiap kepala Desa dan warganya aktif bergotong royong melakukan pencegahan dan waspada penyebaran Covid-19.
Camat Cigudeg, Acep Sajidin, mengatakan pemberlakuan karantina desa dilakukan dengan pemeriksaan orang luar yang datang, termasuk warga setempat yang pulang mudik dari berbagai wilayah yang masuk zona merah.
"Kami sudah bentuk tim, ketua tim gugus saya, untuk level desa itu relawan. Nah garda terdepan RW siaga," kata Acep.
Acep mengatakan pemberlakukan RW siaga, juga dibantu dari Kepolisian dan TNI serta unsur lainnya. Tugas tim RW siaga adalah mengontrol dan memantau siapapun yang datang, jika tidak ada indikasi ke Covid-19 mereka tetap diharuskan mengisolasi diri selama 14 hari sesuai protapnya.
Lalu jika ada yang terindikasi, maka diwajibkan melapor ke RT atau RW setempat dan selanjutnya akan dijemput oleh tim kesehatan Kecamatan untuk diperiksa dan jika terkonfirmasi akan dirujuk ke RS.
"Penerapan karantina desa dan RW siaga ini disambut baik dan antusias oleh warga sendiri," kata Acep.
Namun karantina desa, tidak diterapkan di semua desa di Kabupaten Bogor. Misalnya seperti di Desa Cimande Jaya, Kecamatan Caringin.
Kepala Desa setempat, M. Taufik, mengatakan warganya sudah memiliki kewaspadaan dan antisipasi sendiri dalam mencegah wabah Covid-19.
Sehingga tidak dipasang portal, sebab Taufik menyebut takut dibilang terlalu berlebihan dan justru membuat lebih khawatir atau panik bagi warganya jika dipasang.
"Jadi warga cukup mengetahui dan waspada siaga masing-masing, namun kita tidak mau menerapkan yang lainnya. Takut buat heboh yang mana itu akan mengundang kepanikan warga," ucap Taufik.
Berbeda dengan Cimande, warga Kampung Loa, Desa Tamansari, warga justru 'melock down' wilayahnya bagi warga diluar setempat.
Salah seorang warga, Erni Fatmawati, 29 tahun, mengatakan apa yang dilakukannya bersama warga lainnya adalah wujud komitmen mereka dalam membantu pemerintah daerah bersama memerangi Covid-19.
Erni menyebut bahkan portal masuk ke desanya dibangun swadaya.
"Kami buat untuk membatasi kunjungan orang ke sini, sebab selain memiliki tempat wisata di sini juga ada pura tempat orang Hindu beribadah," ucap Erni.
Erni mengatakan pemberlakuan portal hingga jam malam, bukan bermaksud untuk melarang orang datang tapi membatasi pergerakan dan lalu lalang orang. Sehingga kesehatan dan keselamatan warga setempat, bisa terjaga dan aman dari ancaman Corona.
Selain itu dengan pemberlakuan karantina desa, menurut Erni juga membantu warga memberhentikan proyek perusahaan swasta yang terus membandel melakukan pekerjaannya di atas wilayah mereka.
"Jadi proyek di atas membandel tetap operasi, padahal gara-gara mereka sumber air kami jadi kotor," demikian Erni.