Bisnis.com, JAKARTA -- Angka pengangguran di Spanyol melonjak pada Maret 2020. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa wabah virus corona (covid-19) berdampak pada mata pencaharian penduduk global.
Dilansir dari Bloomberg, Kamis (2/3/2020), pengangguran di Spanyol menyentuh tingkat yang cukup berat, di mana tingkat pengangguran telah mencapai 13,8 persen. Angka ini termasuk tinggi dibandingkan dengan tingkat pengangguran di negara-negara berkembang.
Kementerian Tenaga Kerja Spanyol mengatakan jumlah penduduk yang kehilangan tenaga kerja naik sebanyak 302.265 jiwa pada bulan akhir kuartal I/2020, atau kenaikan tertinggi secara bulanan. Kenaikan paling tinggi disumbang oleh sektor jasa.
Jumlah yang dirilis ini belum termasuk ratusan hingga ribuan tenaga kerja yang dirumahkan sementara waktu, kata juru bicara kementerian.
Para tenaga kerja yang dirumahkan ini dijanjikan pekerjaan kembali setelah pemerintah mengakhiri kebijakan lockdown dan kegiatan bisnis kembali normal.
Spanyol menjadi salah satu negara di kawasan Eropa yang menjadi pusat penyebaran virus corona, dengan jumlah kematian lebih dari 9.000 kasus.
Baca Juga
Pada pertengahan Maret, Pemerintah Spanyol meminta masyarakat untuk tinggal di rumah, terlebih banyak perusahaan memberlakukan cuti untuk ribuan karyawan.
Situasi serupa juga dihadapi oleh Amerika Serikat yang menyebutkan jumlah pengangguran naik, juga ribuan perusahaan di Jerman memangkas jam kerja.
Krisis corona ini bisa memukul sektor tenaga kerja Negeri Matador tersebut karena kebijakan lockdown telah berdampak pada sektor pariwisata yang menjadi andalan Spanyol.
Negara ini merupakan salah satu tujuan wisata dunia dengan kontribusi sebesar 10 persen. Periode Maret hingga Juni biasanya menjadi puncak penyerapan tenaga kerja dan penurunan pengangguran paling besar sepanjang tahun, kata Ekonom Fadea dalam risetnya.