Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah India menerapkan lockdown atau mengunci negara dan melarang warganya bekeliaran demi menekan persebaran virus corona (Covid-19)
Namun, lockdown memicu oang miskin di India ketakutan. Sebagian dari mereka takut mati kelaparan. Reuters menyebut orang miskin di negara tersebut adalah pihak yang paling terpukul karena kebijakan lockdown.
Shaikh Bahaduresha, 31, pria yang tinggal di Mumbai selama dua bulan tahun lalu tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup dari pekerjaannya sebagai sopir taksi. Ia hanya mendapatkan US$5 atau sekitar Rp80.000 dalam sehari sebelum lockdown.
Setelah lockdown, ia bahkan tak bisa bekerja dan tak mampu membeli makanan. Terlebih, Shaikh harus menghidupi istrinya dan harus membayar sewa rumah kontrakan.
Shaikh mengaku ajan menjadi geelandangan bersama istrinya jika kondisi ekonomi terus seperti itu.
"Saya tidak punya tabungan. Istri saya dan saya akan berada di jalanan lagi," kata Bahaduresha sambil meratapi nasib di sebelah toko-toko yang tutup.
Menurutnya, kondisi di India berbeda jauh dengan Amerika Serikat (AS). "AS adalah negara VIP, Anda dapat lockdown selama sebulan dan tidak apa-apa, tetapi di India Anda harus menjaga orang miskin," lanjutnya.
Perdana Menteri Narendra Modi mendesak 1,3 miliar orang India untuk tinggal di rumah dan sebagian besar negara itu dikunci. Hingga Senin (23/3/2020), India telah melaporkan 471 kasus virus corona dan sembilan di antaranya meninggal.
Sementara itu, selusin orang India yang tinggal di perkampungan kumuh Dharavi di Mumbai mengatakan mendukung tindakan keputusan pemerintah. Namun mereka juga menginginkan bantuan pemerintah.
Beberapa pasar di dekat permukiman kumuh ditutup dan penjual masih menjual sayuran di trotoar. Para penjual sayur kebingungan lantaran distributor sudah tidak lagi memasok sayur selama India lockdown.
Khatun, 70, menangis di tempat tidurnya ketika dia menceritakan bahwa putranya yang merupakan seorang tukang cat, kini tak lagi memiliki pekerjaan.
Sedangkan Ajay Kewat, 21, mengatakan keluarganya hanya memiliki persediaan untuk beberapa hari lagi. "Saya khawatir setelah seminggu, tidak akan ada makanan," bebernya.