Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menolak tuntutan untuk menunda masa transisi Brexit yang berakhir pada 31 Desember 2020 meski di tengah tekanan ekonomi wabah virus corona.
"Ada undang-undang yang tidak bisa diubah. Ini bukan subjek yang dibahas secara teratur di Downing Street," kata Johnson dilansir Bloomberg, Kamis (19/3/2020).
Krisis akibat virus corona telah memaksa pembicaraan perdagangan dengan Uni Eropa ditunda sementara pemerintah fokus pada penanganan wabah. Hal itu membuat Johnson di bawah tekanan yang semakin besar untuk melakukan perpanjangan masa transisi usai Inggris meninggalkan blok ekonomi itu pada 31 Januari 2020.
Jika kedua pihak tidak dapat mencapai kesepakatan perdagangan pada akhir tahun ini, Inggris secara efektif akan keluar dari blok.
Johson yang tahun lalu berjanji tidak akan menunda Brexit mengatakan, hal itu akan menjadi kemunduran politik besar. Inggris tetap terikat oleh peraturan Uni Eropa, bahkan jika negara itu tidak memiliki suara di blok ekonomi selama masa transisi.
Pemerintah mengatakan telah bertekad untuk melanjutkan pembicaraan dengan UE, dan kedua pihak sedang mendiskusikan cara untuk mengganti pertemuan tatap muka yang direncanakan dengan konferensi video.
Baca Juga
Menurut seorang pejabat, pilihan yang masuk akal adalah perundingan dilakukan secara bertahap, tidak seperti rencana awal dimana negosiasi dilakukan berturut-turut dalam satu waktu.