Bisnis.com, JAKARTA - Harga masker medis di Indonesia meroket dalam waktu singkat setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan ada warga yang terjangkit COVID-19 bahkan terjadi kelangkaan.
Hal serupa tidak terjadi di Taiwan. Semua orang baik penduduk setempat maupun orang asing dapat membeli masker medis. Tidak ada kenaikan harga, yakni satu lembar masker setara Rp2.000. Sejumlah negara mengadopsi cara Taiwan mengendalikan harga masker.
Siaran pers yang diterima Bisnis.com dari Taipei Economic and Trade Office (TETO), Rabu (11/3/2020) menyebutkan bahwa Taiwan melakukan pencegahan wabah virus corona sejak dini serta belajar dari pengalaman penanganan wabah SARS 2003 termasuk menyadari bahwa masker adalah barang yang sangat dibutuhkan menghadapi virus corona. Berikut langkah-langkahnya :
1. Pemerintah Taiwan mencegah wabah virus corona lebih awal
Pemerintah Taiwan telah memulai pencegahan epidemi sejak dini, mendahului Jepang, Korea Selatan, dan Eropa. Taiwan secara tegas mengadopsi langkah-langkah pencegahan radang paru-paru Wuhan pada 31 Desember 2019.
Baca Juga
Setelah epidemi di China berangsur-angsur semakin merebak, Taiwan mendirikan pusat komando epidemi pada tgl 20 Januari 2020 untuk menangani upaya pencegahan epidemi nasional.
Pemerintah Taiwan telah lama mengakui bahayanya virus corona, dan mengupayakan berbagai langkah anti-epidemi sejak awal. Ini merupakan kunci penting keberhasilan pencegahan epidemi di Taiwan.
2. Melarang ekspor masker
Dengan pengalaman memerangi SARS pada tahun 2003, pemerintah Taiwan menyadari bahwa masker akan menjadi salah satu benda anti-epidemi yang diincar oleh masyarakat.
Apalagi masker yang diproduksi oleh Taiwan jumlahnya sangat terbatas. Dimana lebih dari 80 persen masker diimpor dari luar negeri setiap tahun.
Untuk menghemat arus keluar, pada 24 Januari 2020, pemerintah Taiwan mengumumkan untuk sementara waktu melarang masker medis diekspor ke luar negeri.
3. Pemerintah beli masker di seluruh negeri dan menjualnya secara nasional
Pemerintah menyikapi kebutuhan masker yang sangat tinggi dari masyarakat, bahkan terjadi antrean pembelian dan peningkatan harga masker.
Demi meyakinkan publik, pemerintah memutuskan untuk membeli masker medis yang diproduksi di seluruh negeri pada awal 31 Januari 2020 dan serentak menugaskan Pusat Komando Epidemi Center untuk mendistribusikan ke unit medis, serta ke minimarket dan apotek nasional untuk dijual dengan harga yang sama kepada warga di seluruh negeri.
Sejak saat itu, harga masker medis di Taiwan ditetapkan dengan harga yang sama oleh pemerintah dan tidak akan ada kenaikan harga. Keberhasilan dari kebijakan masker pemerintah Taiwan mulai diterapkan oleh negara lain misalnya Prancis pada 3 Maret 2020 mengumumkan bahwa mereka akan membeli dan mengumpulkan masker untuk mendistribusikannya secara nasional.
4. Membentuk tim nasional masker dan aktif impor
Lantaran produksi masker di Taiwan sangat terbatas, pemerintah Taiwan memutuskan untuk menggelontorkan investasi NT$200 juta (sekitar Rp95 miliar) pada tanggal 31 Januari 2020 untuk memenuhi permintaan domestik. Investasi itu harapannya dapat menambah 60 jalur produksi masker dalam waktu yang singkat.
Alhasil, lusinan produsen mesin dan teknologi besar Taiwan secara aktif merespons kebijakan pemerintah dan menyediakan sumber daya manusia secara sukarela dan material secara gratis untuk membentuk tim masker nasional. Selain itu juga membangun jalur distribusi masker tambahan.
Sebanyak 60 jalur produksi masker normal perlu waktu 6 bulan. Dengan respons banyak pihak tersebut, maka berhasil diselesaikan hanya dalam waktu sebulan. Produksi masker medis Taiwan meningkat jadi 10 juta lembar per hari pada awal Maret.
Pemerintah Taiwan telah menginvestasikan tambahan 30 jalur produksi yang dan diharapkan akan selesai secara bertahap pada akhir Maret 2020 untuk meningkatkan produksi masker. Pada saat itu, Taiwan akan menjadi produsen masker terbesar kedua di dunia.
5. Menerapkan sistem identitas asli untuk pembelian masker
Untuk memungkinkan semua orang bisa membeli masker dan mencegah orang menimbun masker, pemerintah Taiwan menerapkan sistem identitas asli untuk pembelian masker sejak 6 Februari 2020. Setiap orang harus pergi ke apotek dan klinik kesehatan di seluruh negeri untuk membeli masker dengan menggunakan kartu asuransi kesehatan nasional dan setiap orang dibatasi jumlah pembeliannya per minggu di hari tertentu.
Warga harus berdasarkan nomor terakhir dari nomor kartu identitas. Misalnya yang bernomor ganjil, dapat membeli masker di hari Senin, Rabu dan Jumat setiap minggunya. Sedangkan yang bernomor genap dapat membeli di hari Selasa, Kamis dan Sabtu setiap minggunya dan hanya di hari Minggu saja semua orang (tidak berlaku nomor ganjil dan genap) dapat membeli masker.
Saat ini, orang dewasa dapat membeli 3 lembar masker, dan anak-anak dapat membeli 5 lembar masker per minggu di hari tertentu. Harga per lembar masker masih dipertahankan di nilai NT$5 (sekitar Rp2.000).
Ke depan jumlah pembelian per orang per minggu akan ditingkatkan tergantung pada produksi masker. Taiwan menjadi pioner dalam penerapan sistem identitas asli untuk masker dan diikuti negara lainnya sebagai contoh Korea Selatan mulai menerapkan sistem identitas asli yang serupa pada tanggal 9 Maret 2020.
6. Menggunakan teknologi informasi untuk memfasilitasi distribusi
Keberhasilan sistem identitas asli untuk masker di Taiwan bergantung pada sistem asuransi kesehatan nasional yang komprehensif dan data besar di cloud. Jumlah penjualan masker setiap hari di berbagai tempat dapat dilaporkan secara online melalui internet setiap saat sehingga pemerintah dapat mengetahui apotek mana saja yang kekurangan stok masker atau kelebihan stok, dan bisa segera memperbaharui pembagian jumlah masker.
Selain itu, pemerintah Taiwan dan sektor swasta juga telah mengembangkan banyak aplikasi untuk pembelian masker. Selama orang menggunakan ponsel mereka, mereka dapat memeriksa persediaan masker di semua apotek melalui ponsel terlebih dahulu sebelum membeli.
Pemerintah Taiwan saat ini sedang menjajaki peluncuran sistem identitas asli 2.0 untuk pembelian masker yang menggunakan analisis big data yang lebih akurat dalam menghitung distribusi masker di berbagai tempat.
Di masa depan, beberapa masker akan dijual melalui internet untuk memfasilitasi beberapa karyawan yang tidak dapat mengambil cuti untuk pergi ke apotek karena pekerjaan.
Sebanyak 300.000 orang Indonesia dan orang asing lainnya yang tinggal secara legal di Taiwan juga dapat menikmati hak yang sama seperti untuk membeli masker dengan menggunakan kartu asuransi kesehatan nasional dan kartu izin tinggal mereka.
Melalui keunggulan medis dan kekuatan teknologi yang dimiliki Taiwan bersedia berbagi pengalaman pencegahan epidemi yang berharga dengan seluruh negara di dunia.