Bisnis.com, JAKARTA - Salah satu keputusan yang mengejutkan dari Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) selepas dari masa hukumannya pada Kamis (24/12019) adalah keputusannya masuk dalam dunia politik. Santer beredar kala itu, ia memilih sebuah partai baru yang berisikan mayoritas anak muda, Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Toh, nyatanya hal itu tak jadi kenyataan.
Ahok ternyata memilih sebuah partai dengan tradisi panjang dalam percaturan politik Indonesia, PDI Perjuangan (PDIP). Ada sejumlah alasan mengapa akhirnya Ahok memilih partai berlogo Banteng Moncong Putih itu.
Sahabat yang menjadi wakilnya di Ibu Kota, Djarot Saiful Hidayat, sebelumnya mengungkap bahwa dirinya tak pernah merayu Ahok untuk masuk PDIP. "Pak Ahok mengatakan kepada saya dia ini tidak pernah PSI, tapi PDIP. Karena PDIP ini partai nasionalis, tidak rasis. Dia (PDIP) memandang semuanya," ungkap Djarot, Senin (17/2/2020).
Djarot pun mengungkap bahwa Ahok sebenarnya berkali-kali mengungkap ingin terjun ke dunia swasta saja. Namun, akhirnya Ahok luluh juga lewat kunjungan dan perdebatannya dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Ahok akhirnya mengakui bahwa perjuangan melawan ketidakadilan tidak bisa sendirian. Selain itu, Ahok menyebut partai nasionalis seperti PDIP harus tetap besar di tengah kondisi perpolitikan nasional yang belakangan masuk ke ranah politik identitas.
"Kalau saya masuk akan menambah suara PDIP, saya masuk. Karena partai nasionalis tidak boleh pecah. Kalau pecah nanti bisa menggerogoti PDIP. Walaupun ketika itu memang ada perdebatan jangan-jangan kalau saya masuk justru membuat suara [PDIP] turun," ungkapnya.
Oleh sebab itu, akhirnya Ahok memutuskan diri bergabung dengan PDIP. Menurutnya, langkah PDIP memperlakukan dirinya sebagai 'anak baru' pada umumnya pun tepat.
"Saya tidak masuk ke struktur partai. Tapi ketika saya diminta mengajar, saya siap berbicara pada para kader bahwa jujur itu modal kita, para politisi yang terbaik dan paling berharga. Reputasi yang baik akan membawa kekuatan besar. Kamu tidak perlu korup untuk mempertahankan kursi kamu," tegasnya.
Terakhir, ketika ditanya ambisi politiknya menjadi presiden, Ahok hanya menjawabnya sembari bercanda, bahwa presiden hanyalah salah satu cara memperjuangkan keadilan.
"Jadi kalau ditanya Ahok mana mungkin jadi presiden? Saya jawab saja mungkin dong, minimal presiden direktur," ujar pria yang kini menjabat sebagai Komisaris Utama Pertamina ini sembari berkelakar.