Bisnis.com, JAKARTA – Jumlah tentara Amerika Serikat yang menderita cedera otak akibat serangan Iran terhadap pangkalan militer AS di Irak pada awal tahun ini bertambah menjadi 109 orang.
Departemen Pertahanan AS mengungkapkan bahwa 109 anggota militer AS telah didiagnosis mengalami "cedera otak traumatis ringan" pascaserangan Iran di pangkalan udara Al Asad, Irak, pada 8 Januari 2020.
Serangan ini merupakan aksi balasan atas terbunuhnya Jenderal Qasem Soleimani oleh serangan udara AS pada 3 Januari. Jumlah korban cedera akibat serangan Iran ternyata meningkat dari sekitar 64 orang yang diungkapkan sebelumnya oleh pihak Pentagon.
Meski demikian, Presiden AS Donald Trump berulang kali terkesan meremehkan keparahan cedera kepala yang diderita pasukan AS dari serangan rudal Iran tersebut.
“Jadi, ketika saya diberi tahu bahwa tidak ada yang terbunuh [akibat serangan rudal Iran], saya terkesan dan saya menghentikan sesuatu yang akan sangat menghancurkan bagi mereka,” ujar Trump tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Trump kemudian mengetahui bahwa ada pasukan yang mengalami cedera "trauma kepala". Namun, bulan lalu ia menggambarkan cedera itu sebagai "sakit kepala" dan tidak menganggapnya sama seperti cedera lain, seperti kehilangan anggota tubuh.
Baca Juga
Komentar senada kembali disuarakan Trump pada Senin (10/2/2020).
“Ada trauma kepala, tetapi saya melihatnya sedikit berbeda dari kebanyakan pihak dan saya tidak akan mengubah pemikiran saya tentang itu,” tutur Trump.
Dari 109 tentara yang terluka, 33 orang dilaporkan belum kembali bertugas aktif. Sementara itu, 21 dari mereka telah dipindahkan kembali ke AS untuk evaluasi dan perawatan lebih lanjut, menurut Departemen Pertahanan AS pada Senin (10/2).