Bisnis.com, BOGOR - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika melaporkan kondisi Bendung Katulampa seiring kondisi Bogor yang diguyur hujan.
Mengutip keterangan petugas pemantau air M. Jaenudin, BMKG dalam keterangannya mengirim data Katulampa.
Disebutkan, berdasar pantauan pada Rabu (5/2/2020) pukul 18.00 WIB tinggi muka air (TMA) Ciliwung berada pada ketinggian 90 cm, Sementara itu TMA Pintu Intake Kalibaru yang merupakan saluran induk Katulampa berada pada ketinggian 40 cm. Kondisi itu terjadi saat hujan masih gerimis.
Sementara itu, dikutip dari laman smartcity.jakarta.go.id disebutkan bahwa Bendung Katulampa adalah bangunan yang terdapat di Kelurahan Katulampa, Kota Bogor, Jawa Barat.
Bendung Katulampa dibangun pada 1911, lengkap dengan sarana irigasi lahan seluas 5.000 hektar.
Saat musim hujan, bendung bisa dilewati air dengan rekor debit 630 ribu liter per detik dengan ketinggian 250 cm. Rekor tersebut pernah terjadi pada 1996, 2002, 2007, dan 2010.
Bendung Katulampa berbeda dengan bendungan. Jika bendungan dibangun untuk menahan laju air dan umumnya memiliki bagian yang disebut pintu air untuk membuang air secara bertahap atau terjadwal, Bendung Katulampa adalah struktur bendungan berkepala rendah (lowhead dam).
Struktur lowhead dam ini berfungsi menaikkan permukaan air sehingga dapat digunakan untuk memantau aliran air di sungai.
Pada Bendung Katulampa terdapat skala pemantauan tinggi air. Dengan membaca skala tersebut, petugas dan warga dapat memperkirakan debit air yang akan mengalir ke Depok dan Jakarta.
Bendung Katulampa merupakan bagian dari Sungai Ciliwung. Tinggi normal air Ciliwung di Katulampa adalah 80-100 cm. Jika lebih dari itu, artinya debit air mulai besar akibat hujan di hulu sungai. Apabila tinggi air mencapai 80 cm, maka petugas pemantau akan menetapkan status siaga IV dan wajib melaporkan data tersebut ke petugas di Jakarta.
Air dari Bendung Katulampa diperkirakan sampai di daerah Depok sekitar 3-4 jam. Di Bendung Depok, ketinggian air juga dipantau dan dilaporkan ke Jakarta sehingga warga yang tinggal di kawasan sekitar aliran Sungai Ciliwung mendapatkan informasi sedini mungkin jika dideteksi akan terjadi banjir.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membagi aliran air dari Sungai Ciliwung melalui empat pintu air di Manggarai. Tiga pintu air mengarah ke Kanal Banjir Barat (KBB) dan satu pintu air mengarah ke Ciliwung Lama.
Aliran pertama lalu dipecah di Masjid Istiqlal, ke barat menuju Jalan Gajah Mada, sampai masuk ke Waduk Pluit. Sedangkan untuk aliran kedua, masuk ke Gunung Sahari hingga Pintu Air Marina. Di lokasi tersebut, pintu air akan dibuka jika laut sedang surut dan tetap ditutup saat saat pasang.