Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia menjadi urutan terbawah di antara negara Asean terkait dengan tingkat mobilitas sosial. Hal itu tercantum dalam Global Social Mobility Report 2020 yang dipublikasikan oleh Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) awal tahun ini.
Riset ini melibatkan 82 negara dengan menjadikan sejumlah pilar sebagai ukuran. Terdapat 10 pilar, yakni kesehatan, pendidikan (akses, kualitas dan kesetaraan, pembelajaran seumur hidup), teknologi, pekerjaan (peluang, upah, kondisi), perlindungan dan lembaga (perlindungan sosial dan lembaga inklusif). Pilar-pilar ini dibandingkan dengan tingkat produk domestik bruto (PDB) suatu negara sehingga memperlihatkan tingkat keseimbangan mobilitas sosialnya.
Denmark, Norwegia, dan Finlandia menjadi tiga negara di peringkat teratas dengan skor berturut-turut 85,2; 83,6; 83,6. Negara adidaya seperti Amerika Serikat menduduki peringkat 27 dengan skor 70,4.
Dalam riset ini terlihat bahwa ada hubungan langsung dan linier antara ketimpangan pendapatan suatu negara dan skor mobilitas sosialnya. Mobilitas sosial yang rendah memperkuat ketidaksetaraan historis. Sementara ketidaksetaraan pendapatan yang tinggi memicu mobilitas sosial yang lebih rendah.
Meningkatkan mobilitas sosial dapat mengubah lingkaran setan ini bakal berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi yang lebih luas.
Secara peringkat keseluruhan, Indonesia masih di bawah Singapura (20), Malaysia (43), Vietnam (50), Thailand (55), Sri Lanka (59), Filipina (61). Hal ini menjadikan Indonesia sebagai urutan terbawah di antara negara yang berpartisipasi dalam Global Social Mobility Report 2020 oleh WEF.
Indonesia berada di peringkat 67 dengan total skor 49,3 yang terutama didukung oleh pilar akses pendidikan (51,4) dengan meningkatkan jumlah pendaftaran pendidikan usia dini (40,5). Adapun pada pilar kualitas dan kesetaraan (54,5) lantaran menurunnya persentase anak di bawah rasio kecakapan minimum (33,8%).
Indonesia cukup baik dalam pilar kesempatan bekerja (66,5) dengan rendahnya tingkat pengangguran, tetapi perlu ada peningkatan dari sisi partisipasi tenaga kerja perempuan.
Indonesia mencetak skor yang cukup rendah terkait dengan pilar keadilan tingkat pendapatan dengan skor 26,3 akibat kesenjangan struktur pembagian pendapatan dan juga karena masih banyaknya pekerjaan yang berupah rendah (22,2%).
Cakupan perlindungan sosial juga perlu ditingkatkan di mana saat ini hanya 1,1% dari PDB dibelanjakan untuk perlindungan sosial. Negara ini juga mendapat skor 56,2 pada pilar kesehatan dengan skor Akses dan Kualitas Kesehatan 44,5.
Dibandingkan dengan negara Asean lainnya, Filipina, Thailand dan Singapura memiliki skor yang lebih baik di pilar kesempatan bekerja dan kondisi bekerja. Filipina mencetak skor paling besar di komponen upah rendah karena berhasil menjaga keseimbangan nilai upah pekerjanya.
Thailand meraih skor tertinggi pada komponen jumlah pengangguran dengan pendidikan dasar. Sementara itu, Singapura meraih nilai tertinggi pada komponen hubungan antara pemberi kerja dan pekerja.
Riset ini dirancang untuk membantu para pembuat kebijakan, pelaku usaha dan pemangku kepentingan lainnya membentuk strategi sosial ekonomi di era industri 4.0. Harapannya ketiga pihak ini dapat membangun agenda mobilitas sosial baru agar ekonomi terus tumbuh, berkelanjutan, dan inklusif yang memberikan peluang bagi semua lapisan masyarakat.