Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Virus Corona Pukul Pariwisata Dunia, Turis China akan Turun Drastis

Industri pariwisata seluruh dunia yang selama ini mengandalkan kunjungan wisatawan China tampaknya harus menelan pil pahit akibat merebaknya virus corona.
Seorang perempuan menggunakan masker saat berjalan bersama rekannya di Chinatown di wilayah Manchester, Inggris, Senin (27/1/2020)./Reuters
Seorang perempuan menggunakan masker saat berjalan bersama rekannya di Chinatown di wilayah Manchester, Inggris, Senin (27/1/2020)./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Industri pariwisata seluruh dunia yang selama ini mengandalkan kunjungan wisatawan China tampaknya harus menelan pil pahit akibat merebaknya virus corona.

Pasalnya, merebaknya virus corona diperkirakan bakal memberikan dampak negatif bagi industri pariwisata, bahkan kemungkinan efeknya bisa melebihi saat pandemik SARS pada 2003.  

Dari Tokyo hingga London, hotel, kasino, maskapai penerbangan, dan industri ritel harus menghadapi penurunan tajam selama beberapa pekan ini, seiring dengan Pemerintah China yang menutup akses ke luar dan memperketat pengawasan di perbatasan.

Sekitar 163 juta wisatawan asal China melakukan kunjungan ke luar negeri pada 2018, dan berkontribusi lebih dari 30% dari penjualan ritel pariwisata di dunia. Saat pandemic SARS menghantam pada 2003, hanya 20 juta wisatawan China yang melakukan perjalanan ke luar negeri.   

Lonjakan ekonomi China, setelah SARS merebak, telah mendongkrak banyak kota internasional, merek barang mewah dan industri ritel bergantung terhadap konsumsi wisatawan China.

“Ini adalah pukulan. Wisatawan China terus bepergian, mereka berbelanja, dan menghabiskan uangnya untuk membeli produk kecantikan. Wisatawan China adalah konsumen paling penting dalam mendukung pertumbuhan industri pariwisata dan ritel,” kata analis konsumen Jefferies LLC, Stephanie Wissink, dikutip dari Bloomberg, Jumat (31/1/2020).

Berdasarkan analisis Jefferies, wisatawan China menghabiskan sekitar US$150 miliar saat Tahun Baru China pada tahun lalu. Analisis lainnya, Generation Research menyebutkan industri perjalanan dan ritel bergerak dengan nilai US$79 miliar pada 2018 dan Asia menyumbangkan pertumbuhan signifikan.

Tak lama setelah liburan Tahun Baru China dimulai, ketika ratusan warga China biasanya pulang ke kampung halaman atau berlibur, pemerintah mengisolasi Kota Wuhan. Larangan perjalanan juag dilakukan di Provinsi Hubei, provinsi dimana Kota Wuhan berada.

Hong Kong, Singapura, dan Malaysia juga telah meningkatkan pengawasan di perbatasan untuk memperketat masuknya wisatawan dari China, seiring dengan meningkatnya jumlah pasien yang terinfeksi virus corona sebanyak 9.800 orang. Rusia menutup akses masuk dan keluar perbatasan di China, sedangkan Amerika Serikat dan Jepang mengeluarkan larangan perjalanan ke China.

Sejumlah maskapai penerbangan termasuk British Airways Plc, Cathay Pacific Airways Ltd., Delta Air Lines Inc. and American Airlines Group Inc. telah menunda atau mengurangi penerbangan dari dank e China. Carnival Corp. and Royal Caribbean Cruises Ltd. juga menangguhkan keberangkatan kapal pesiar ke China.  

“Orang-orang pasti membandingkan efek SARS yang terjadi pada 2003 dengan merebaknya virus corona saat ini. Efeknya mungkin akan lebih besar dibandingkan saat SARS karena jumlah warga China yang bepergian saat ini lebih banyak dibandingkan periode yang lalu,” kata Luya You, analis transportasi Bocom International.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper