Bisnis.com, JAKARTA - Kasus virus corona yang bermula di Wuhan, China, menginspirasi seniman Denmark membuat karikatur bendera China dengan logo virus tersebut. Hal itu serta merta memancing kemarahan China. Namun, pihak surat kabar Jyllands-Posten yang menerbitkan karikatur itu menolak untuk meminta maaf.
Seperti dilansir surat kabar itu di laman https://jyllands-posten.dk Kartunis Niels Bo Bojesen yang membuat gambar itu telah menggantikan lima bintang kuning China dengan virus corona.
Pemimpin redaksi Jyllands-Posten, Jacob Nybroe, menekankan bahwa surat kabar itu tidak pernah "bermimpi" untuk mengolok-olok situasi di China, negara di mana coronavirus telah menuntut lebih dari 100 kematian sejauh ini, dan pihak berwenang berjuang untuk menghindari perkembangbiakan. Tapi, Nybroe tidak menyampaikan permintaan maaf.
“Kami tidak bisa meminta maaf atas sesuatu yang kami pikir tidak salah. Kami tidak memiliki niat untuk merendahkan atau mengejek, kami juga tidak berpikir gambarnya. Sejauh yang saya bisa lihat, ada dua bentuk pemahaman budaya yang berbeda di sini, ”katanya.
Kasus ini pun segera menjadi santapan media. The Telegrap di laman telegraph.co.uk pada 28 Januari 2020 waktu setempat pun memberitakan ihwan penolakan permintaan maaf dari surat kabar Denmark tersebut.
Kartun itu diterbitkan di Jyllands-Posten pada Senin. Bendera China yang biasanya bergambar bintang-bintang kuning di sudut kiri atas diganti dengan gambar virus corona baru.
Kedutaan China di Denmark menyebut kartun itu sebagai "penghinaan terhadap China" yang "melukai perasaan orang-orang Cina".
Pihak Kedutaan China mengatakan bahwa kartun itu melintasi "batas etika kebebasan berbicara". Pihak China juga menuntut koran dan kartunis Niels Bo Bojesen "mencela diri mereka sendiri atas kesalahan mereka dan secara terbuka meminta maaf kepada orang-orang China"
"Tanpa simpati dan empati, itu telah melintasi garis bawah masyarakat beradab dan batas etika kebebasan berbicara dan menyinggung hati nurani manusia," kata pihak Kedutaan, Selasa.
Jyllands-Posten bukan kali ini saja menampilkan kartun yang mengundang kontroversi. Pada 2005, Jyllands-Posten menerbitkan gambar-gambar satire tentang Nabi Muhammad yang menyebabkan kemarahan di seluruh dunia Muslim.
Sementara itu, kalangan politisi Denmark mengatakan China seharusnya tidak menekan surat kabar itu. "Dukungan penuh untuk Jyllands-Posten," tweeted pemimpin Partai Konservatif Soren Pape Poulsen.