Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi meminta pemerintah Malaysia untuk meningkatkan keamanan di perairan Sabah, menyusul terjadinya kembali penculikan 5 WNI oleh kelompok Abu Sayyaf pada 16 Januari 2020.
Retno mengatakan bahwa sejak 2016 terdapat total 44 WNI yang diculik kelompok Abu Sayyaf dari 13 kasus penculikan. Kasus penculikan tersebut sebagian besar terjadi di perairan Sabah, Malaysia.
"Oleh karena itu, kami mohonkan perhatian kepada pemerintah Malaysia untuk meningkatkan keamanan di perairan yang jadi wilayah mereka karena kita sudah ada kerja sama trilateral antara Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Kami memiliki komitmen untuk menjaga keamanan wilayah masing-masing negara," ujar Retno di Kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis (23/1/2020).
Kementerian Luar Negeri telah memanggil duta besar Malaysia dan kuasa usaha sementera Kedutaan Besar Filipina di Jakarta pada Rabu (22/1/2020) untuk menyampaikan pesan tersebut.
Di sisi lain, Retno juga meminta agar perusahaan pemilik kapal yang beroperasi di wilayah tersebut untuk ikut menjaga keselamatan para pekerja Indonesia.
"Para pemilik kapal harus indahkan aturan-aturan yang diberikan otoritas Malaysia. Kalau tidak maka korban akan terus terjadi dan ini tidak bisa dibiarkan terus menerus," katanya.
Adapun pada 16 Januari 2020 dilaporkan sebanyak 8 WNI yang menjadi awak kapal ikan milik Malaysia diculik kelompok Abu Sayyaf di perairan Tambisan, Lahad Datu, Sabah. Tiga diantaranya dilepaskan penculik dan lima awak kapal WNI lainnya dibawa kelompok penculik.
Kemenlu menyatakan bahwa pemerintah RI berkoordinasi dengan pemerintah Filipina untuk mencari dan membebaskan kelima awak kapal WNI tersebut.
Peristiwa penculikan WNI oleh kelompok Abu Sayyaf juga terjadi belum lama ini. Pada 23 September 2019, tiga WNI diculik di perairan Tambisan, Lahad Datu, Malaysia. Dua sandera berhasil dibebaskan pada 22 Desember 2019 lalu, sementara satu sandera baru saja berhasil diselamatkan pada 15 Januari 2020.