Bisnis.com, JAKARTA - Ajang Kehati Award kembali digelar pada tahun ini. Diselenggarakan oleh Yayasan Kehati, mereka memburu para inspirator dalam upaya pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman hayati di Indonesia secara berkelanjutan.
Direktur Eksekutif Yayasan Kehati Riki Frindos mengatakan Kehati Award merupakan bentuk apresiasi kepada para masyarakat yang telah berpartisipasi untuk mengurangi kerusakan alam. Penghargaan ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman akan pentingnya keanekaragaman hayati, pelestarian, dan pemanfaatannya secara bijak dan berkelanjutan, serta pembagian manfaatnya yang berlandaskan keadilan.
"Diharapkan Kehati Award dapat menumbuhkan dan mendorong minat seluruh komponen bangsa Indonesia untuk lebih mempedulikan, mencintai dan mengambil peran dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati," ujarnya di Jakarta, Kamis (16/1/2020).
Indonesia dikenal sebagai negara dengan tingkat kekayaan keanekaragaman hayati yang tinggi. Namun, tingkat kehilangannya pun tidak kalah tinggi. Sebesar 23% lahan hutan Indonesia telah berkurang sejak tahun 1990.
Upaya pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya hayati yang berkelanjutan di Indonesia masih belum mendapat porsi utama, baik dalam kerangka kebijakan politik, pengembangan ekonomi nasional, hingga sistem pendidikan dan kesadartahuan masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu, Kehati Award ke-9 ini menjadi ajang penghormatan dan promosi individu, kelompok, serta instansi yang telah berjasa di bidang lingkungan hidup juga pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia. "Kehati tidak sekedar kompetisi. Tapi menemukan orang yang lakukan terobosan bagi kelestarian hidup Indonesia," sebut Riki.
Terdapat 6 kategori dalam penghargaan ini yang menyasar kepada individu, kelompok, atau institusi. Pertama, Prakarsa Kehati yang bisa diikuti perseorangan atau kelompok/organisasi dari komunitas masyarakat lokal, seperti masyarakat adat, rukun warga desa, karang aruna, kelompok swadaya masyarakat (KSM), organisasi non-pemerintah (Ornop) atau lembaga swadaya masyarakat (LSM), serta kelompok lain yang berbasis masyarakat lokal.
Kedua, Pamong Kehati. Perseorangan atau unit/bagian dari suatu lembaga kedinasan, badan pelayanan publik atau instansi pemerintahan/lembaga negara di tingkat pusat ataupun di daerah (provinsi, kabupaten, kota, kecamatan atau desa), masuk ke dalam kategori ini.
Ketiga Inovasi Kehati yakni perseorangan atau kelompok/unit usaha dari sektor usaha kecil, usaha menengah, koperasi dan start-up. Keempat Cipta Kehati yang mencari orang atau kelompok/institusi dari dunia ilmu pengetahuan dan teknologi atau masyarakat ilmiah, baik insan akademik (perguruan tinggi, institut pendidikan, sekolah) maupun para peneliti dari lembaga penelitian dan pengembangan.
Kelima Citra Kehati, kategori ini diikuti perseorangan atau kelompok/organisasi dari kalangan media dan komunikasi massa (termasuk jurnalis media cetak dan elektronik) serta pekerja seni dan budaya.
Keenam, Tunas Kehati yang bisa diikuti perseorangan atau kelompok remaja nusantara, mahasiswa agar menjadi tunasharapan berikutnya dalam menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati Indonesia di masa yang akan datang.
Untuk mengikuti Kehati Award ke-9 ini, bisa mendaftar melalui website www.kehati.or.id_kehatiaward dengan batas pendaftaran 31 Maret 2020.
"2 bulan ke depan kita mengidentifikasi, mencari kandidat yang bisa ditentukan dalam Kehati Award. Ada penjurian, screening, kunjungan lapangan, hingga proses final," sebut Riki.
Selain menemukan para inisiator penjaga lingkungan, Kehati Award juga bertujuan mengindentifikasi para pelaku usaha yang melakukan praktik berkelanjutan sehingga dapat terhubung dengan beberapa lembaga seperti perbankan, dan pelaku usaha lain.
"Kami berharap terciptanya pengembangan usaha, dan apa yang menjadi misi Kehati yaitu memperluas gerakan ekonomi dan budaya lokal berbasis pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman hayati di tingkat lokal, nasional, dan internasional dapat tercapai," tutup Riki.
Sementara itu, Pembina Yayasan Kehati Emil Salim menuturkan melalui ajang penghargaan ini, Indonesia tidak sekedar menemukan inisiator yang hanya pintar berpidato dalam konteks lingkungan.
"Ini ada pembelajaran. Jadi tidak pidato, tidak abstrak. Pidato hebat kedengarannya, tapi kosong," tegasnya.