Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tony Blair, dari Invasi Irak ke Ibu Kota Baru Indonesia

Mantan Perdana Menteri (PM) Inggris Tony Blair dikabarkan telah sepakat untuk menjadi anggota Dewan Pengarah Pembangunan Ibu Kota Baru di Indonesia. Kabar tersebut datang datang dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan.
Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair berbicara pada the Hallam Conference Centre di London, Inggris, 18 Desember 2019./Reuters
Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair berbicara pada the Hallam Conference Centre di London, Inggris, 18 Desember 2019./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Mantan Perdana Menteri (PM) Inggris Tony Blair dikabarkan telah sepakat untuk menjadi anggota Dewan Pengarah Pembangunan Ibu Kota Baru di Indonesia. Kabar tersebut datang datang dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan.

 “Sudah, sudah (setuju bergabung),” kata Luhut di Hotel Mulia, Jakarta Pusat, Rabu (15/1/2020).

Informasi itu juga diumumkan Kemenko Kemaritiman lewat akun twitter mereka kemarin.

Blair akan menjadi anggota dewan pengarah bersama CEO SoftBank Masayoshi Son dan dipimpin oleh Putra Mahkota Uni Emirat Arab (UEA), Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan. 

Blair merupakan politikus Partai Buruh di Inggris. Ia mulai menjabat sebagai PM pada 1997 menggantikan John Major. Ia menjabat selama 10 tahun dan berakhir pada 2007 dengan digantikan oleh Gordon Brown.

Di masa kepemimpinannya, Tony Blair membawa Inggris terlibat menginvasi Irak bersama Amerika Serikat tahun 2003.  Invasi itu berujung pada Perang Irak dan lengsernya Presiden Irak saat itu, Saddam Hussein. pemerintah Saddam Hussein hancur, dan ia dieksekusi pada Idul Adha 2006.

Invasi Irak

Delapan tahun setelah turun dari kursi PM, Oktober 2015, Blair meminta maaf atas keikutsertaan Inggris dalam invasi Irak, bersama Amerika.. Hal itu disampaikan Blair dalam wawancara dengan pembawa acara CNN, Fareed Zakaria.

"Saya minta maaf karena data intelijen yang kami gunakan ternyata salah. Walaupun dia (Saddam) sering menggunakan senjata kimia terhadap rakyat sendiri, program (senjata pemusnah massal) itu tidak ada," kata Blair.

Pernyataan Blair merujuk pada laporan intelijen yang menyebut Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal yang menjadi dasar serangan Amerika dan Inggris ke negara itu. Namun belakangan diketahui laporan intelijen itu salah. Tapi invasi terlanjur dilakukan.

Kepada Zakaria, Blair mengaku bahwa kesalahan mereka dalam perang Irak telah membangkitkan kelompok teroris ISIS, yang kebanyakan petingginya adalah veteran perang Irak atau anggota milisi negara itu yang menentang invasi Amerika. Namun, Tony Blair menyatakan tidak menyesal dan meminta maaf atas tergulingnya Saddam.

 "Saya tidak bisa meminta maaf atas lengsernya Saddam Hussein. Saya kira, bahkan hari ini lebih baik dia tidak ada di sana dibanding masih ada," ujarnya.

Seruan Diadili

Meski telah ada permintaan maaf, keluarga dari tentara Inggris yang meninggal dunia di Irak, menyerukan agar Blair diadili dengan tuduhan kejahatan perang.

Seruan tersebut muncul menyusul publikasi Chilcot Report 6 Juli 2016 yang mengungkapkan fakta sebenarnya tentang keikutsertaan Inggris pada perang Irak.

Puluhan anggota keluarga dari 179 tentara Inggris yang meninggal dunia di Irak begitu emosional ketika Sir John Chilcot mengadakan konferensi pers untuk mengumumkan hasil investigasi di balik perang yang berlangsung pada 2003 tersebut. 

"Ada satu teroris yang perlu diwaspadai dunia, namanya Tony Blair, teroris terburuk di dunia," kata Sarah, seperti yang dilansir Daily Mail pada 7 Juli 2016.

Yang lain menambahkan bahwa Blair akan dikenang bukan sebagai PM Inggris melainkan sebagai orang yang mengirim pemuda Inggris ke sebuah perang ilegal. Namun demikian, rekam jejak Tony Blair di invasi Irak 2003 ini tidak menjadi soal bagi pemerintah Jokowi.

 “Ya, itu bukan urusan kami,” kata Luhut.

Menurut Luhut, pemerintah membutuhkan Blair agar ada figur internasional di tubuh dewan pengarah.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : JIBI
Editor : Nancy Junita
Sumber : Tempo.Co
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper