Bisnis.com, BOGOR - Hari ini IPB menggelar wisuda tahap IV tahun akademik 2019/2020. Spirlee Anesta Sanas tercatat sebagai wisudawati dengan nilai indeks prestasi akademik terbaik 3,78 dan memperoleh judicium cum laude.
Keberhasilan Spirlee Anesta Sanas menjadi menarik dikaitkan dengan perjuangannya kuliah sambil nyambi bekerja. Spirlee pernah bekerja sebagai penyetrika di tempat usaha laundry.
Wisudawati terbaik IPB University ini mengawali kuliah di IPB pada 2015 melalui jalur seleksi nasional mahasiswa perguruan tinggi negeri (SNMPTN).
Alumni SMAN 1 Madiun, Jawa Timur ini bercerita, banyak perjuangan heroik yang dilaluinya saat kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan IPB University, di antaranya harus pandai membagi waktu antara menyelesaikan skripsi dan bekerja.
"Karena kendala keuangan dari keluarga pada saat akhir studi, membuat saya harus bekerja paruh waktu untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan biaya kuliah," katanya.
Kerja paruh waktu mulai dari magang di klinik, menjadi agen pemasaran, berjualan roti, dan bekerja di tempat laundry, pernah dijalani Spirlee sambil menyusun skripsi.
Spirlee bercerita, selama kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan di IPB University, ia menyadari bahwa profesi dokter hewan memiliki peran sangat strategis guna mewujudkan kesehatan hewan yang berdampak pada kesehatan lingkungan.
"Bagi saya, ilmu kedokteran hewan benar-benar menuntut kemampuan praktik dalam menangani kesehatan hewan," katanya.
Spirlee semula bekerja paruh waktu untuk menutupi kekurangan biaya tempat tinggal atau kos di sekitar kampus. Ia bekerja paruh waktu sebagai penjaga toko roti setiap sore dengan upah 750 ribu rupiah per bulan. Ia juga pernah bekerja di tempat usaha laundry sebagai penyetrika dan penjaga kasir.
"Alhamdulillah saya berhasil lulus pada 9 Juli 2019, dua minggu sebelum pembayaran uang kuliah tunggal (UKT) semester 9," ujarnya.
Pada libur semester genap Juni-Juli 2019, serta lebaran pada 5 dan 6 Juni 2019, Spirlee tidak mudik ke kampungnya di Madiun, tapi mengejar target menyelesaikan skripsi hingga ujian sarjana.
"Pada waktu libur itu, sambil mengerjakan skripsi saya juga bekerja paruh waktu di klinik untuk anak-anak autis. Hasilnya, lumayan untuk menambah biaya hidup," ungkapnya.
Spirlee yang diwisuda pada hari ini, menjadi kebanggaan keluarga karena menjadi sarjana di tengah keluarganya yang hidup sederhana. "Orang tua saya dulu pernah kuliah, tapi tidak selesai, karena kesulitan biaya," tambahnya.
Spirlee juga mengucapkan terima kasih kepada orangtua, yang terus bertekad membiayai kuliah dirinya di IPB, meskipun setiap pergantian semester harus meminjam uang untuk biaya SPP-nya.
Saat ini Spirlee bekerja di sebuah perusahaan swasta, mengumpulkan biaya untuk menyelesaikan pendidikan profesi kedokteran hewan. Spirlee bekerja di klinik autis dengan tugas memberikan terapi anak-anak autis agar dapat melakukan aktivitas sesuai standar yang ada di masyarakat. "Bekerja di klinik autis, saya mengambil hikmahnya karena dapat melatih kesabaran," katanya.