Bisnis.com, JAKARTA - Situasi di Laut Natuna memanas seiring dengan klaim China atas perairan di Laut Natuna Utara. Nah, kira-kira kalau dari sejarahnya, Laut Natuna ini bisa jadi kemungkinan milik China atau memang sejatinya punya Indonesia ya?
Tokoh Masyarakat Natuna Rodial Huda mengatakan klaim China terkait Laut Natuna Utara hanya sepihak saja. Bahkan, dari dulu, tidak pernah ada catatan kalau China pernah menguasai Natuna.
"Banyak versi Natuna masuk ke Indonesia. Yang jelas, ketika Indonesia merdeka, ya Natuna bagian dari Indonesia," ujarnya seperti dikutip dari Antara pada Senin (06/01/2020).
Jika dilihat dari sisi sejarah, Semenanjung Malaka adalah daerah yang pernah dijajah Inggris dan Hindia Belanda.
Awalnya, Kepulauan Riau termasuk Natuna dan Bengkulu termasuk jajahan Inggris, tetapi lewat Traktat London 1824, kedua daerah itu sudah ditukar Inggris dengan Singapura.
Rodial menceritakan saat Hindia Belanda menjadi Indonesia, Natuna sudah termasuk dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Baca Juga
"Masyarakat pun tidak mempermasalahkannya," ujarnya.
Situasi di Natuna memanas setelah juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang mengatakan negaranya memiliki hak dan kepentingan di perairan tersebut pada (2/1/2020).
Kalimat itu disampaikan merespons sikap Indonesia atas keberadaan kapal nelayan di lepas pantai Natuna. Padahal, dalam jumpa pers harian di Beijing akhir 2019, Geng mengatakan pihaknya ingin bekerja sama dengan Indonesia dalam mengatasi permasalahan di Laut China Selatan lewat dialog bilateral.
Di sisi lain, Rodial menilai Natuna dengan Laut China Selatan berbeda.
"Untuk itu, jangan sebut Natuna berada di Laut China Selatan, tetapi menjadi Natuna berada di sebelah selatan Laut China," ujarnya.
Di tengah polemik itu, Pengamat dari Guangxi University for Nationalities Nanning Ge Hongliang menilai Indonesia dan China seharusnya bisa meningkatkan kerja sama untuk mewujudkan cita-citanya masing-masing.
"Hubungan ekonomi China-Indonesia pun terus tumbuh. China menjadi salah satu tujuan ekspor Indonesia dan Indonesia adalah importir bagi China," ujarnya.
Ganjalan Hubungan Indonesia-China
Apalagi, China juga menjadi negara terbesar ketiga dalam investasi asing langsung ke Indonesia. Namun, Ge memaparkan ada beberapa hal yang mengganjal hubungan Indonesia-China.
Pertama, nilai perdagangan dan investasi yang tidak seimbang. Indonesia mencatatkan defisit US$18,22 miliar dalam perdagangan dengan China pada 2018. Nilai itu naik 40,6% dibandingkan dengan periode sama pada tahun sebelumnya.
Kedua, sejumlah perusahaan China menghadapi kesulitan saat ingin bangun pabrik di Indonesia seperti, pembebasan lahan dan masa berlaku visa kerja yang terbatas.
Ketiga, perbedaan budaya, seperti agama masih jadi isu utama untuk kedua negara.
Menurut Ge, China dan Indonesia harus memperkuat dialog strategis dan menyinergikan kebijakan pembangunan bersama agar bisa beradaptasi dengan perubahan besar di kawasan dan global, serta mendukung program pembangunan bersama.