Bisnis.com, JAKARTA – Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (Proper) yang merupakan program pengawasan terhadap industri yang bertujuan mendorong ketaatan industri terhadap peraturan lingkungan hidup, dinilai sangat mendukung Revolusi Industri 4.0.
Adapun aspek penilaian ketaatan meliputi izin lingkungan, pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), dan potensi kerusakan lahan (khusus untuk kegiatan pertambangan).
“Jadi era industri 4.0 sudah dapat diantisipasi oleh Proper dengan mengembangkan berbagai sistem pemantauan baik dari sisi sumber pencemaran dan media lingkungan yang terpengaruh oleh aktifitas sumber pencemar,” ujar Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RM. Karliansyah, Minggu (24/12/2019), menjelang pemberian penghargaan Proper 2019.
Penghargaan Proper bagi dunia usaha yang menunjukkan kinerja luar biasa dalam pengelolaan lingkungan hidup dan diumumkannya perusahaan yang tidak taat terhadap peraturan lingkungan hidup, akan diumumkan pada Selasa (17/12/2019) mendatang.
Pada tahun ini, dilakukan penilaian terhadap 2.045 perusahaan. Hasil penilaian menunjukkan tingkat ketaatan perusahaan terhadap peraturan lingkungan hidup mencapai 85% atau sebanyak 1.708 perusahaan.
Seperti diketahui, pada industri 4.0 peningkatan produktivitas dilanjutkan dengan mengintegrasikan teknologi informasi, manufaktur, dan jasa sehingga memberikan pelayanan yang lebih individual, semakin efisien dalam penggunaan sumber daya dan proses pengembangan produksi yang lebih singkat.
Berbagai peralatan dan infrastuktur dilengkapi dengan sensor untuk mengambil data secara langsung dan dalam jumlah yang sangat besar.
Data dikumpulkan melalui jaringan internet sehingga dapat diproses secara real time. Pola perilaku sistem dapat diprediksi secara cepat dan akurat secara real time.
Algoritma yang dipasang pada sistem tersebut mampu mengatur fungsi sistem secara otonom dengan sedikit atau bahkan tanpa campur tangan manusia dan dengan hasil sangat presisi, dapat disesuaikan setiap saat sesuai dengan kondisi lingkungan yang dideteksi oleh sensor.
Karliansyah menjelaskan, konsep inilah yang diadopsi KLHK dalam pengembangan sistem pemantauan kualitas lingkungan. Sensor-sensor dipasang di berbagai badan sungai untuk memantau kualitas air sungai setiap saat dan real time yang terintegrasi dalam Sistem Pemasangan Onlimo (Online Monitoring Kualitas Air Sungai).
Sementara itu, untuk pemantauan kualitas udara ambien telah dipasang Air Quality Monitoring System (AQMS) yang saat ini difokuskan pada daerah rawan kebakaran lahan dan daerah perkotaan yang memiliki risiko pemaparan pencemaraan dari aktivitas kendaraan bermotor dan industri.
Begitu pula untuk pemantauan ekosistem gambut telah terbangun Sistem Monitoring Tinggi Muka Air Tanah Gambut (SIMATAG) untuk memastikan ekosistem gambut tetap basah sehingga tidak mudah terjadi kebakaran.