Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Aramco Naik 3 Hari Berturut-turut, Kembali Menuju Valuasi US$2 Triliun

Saudi Aramco go public dengan nilai US$25,6 miliar pada Rabu (11/12/2019).
Seorang pria menandatangani papan terkait pengumuman Initial Public Offering (IPO) Saudi Aramco di Tadawul, Riyadh, Arab Saudi, Rabu (11/12/2019)./Reuters-Ahmed Yosri
Seorang pria menandatangani papan terkait pengumuman Initial Public Offering (IPO) Saudi Aramco di Tadawul, Riyadh, Arab Saudi, Rabu (11/12/2019)./Reuters-Ahmed Yosri

Bisnis.com, JAKARTA — Saham Saudi Aramco naik 3 hari berturut-turut ke level 37,4 riyal Saudi atau sekitar US$9,97. 
 
Kenaikan sebesar 1,63 persen itu mengerek valuasi perusahaan minyak tersebut kembali menuju level US$2 triliun, yang sudah diraihnya pada Kamis (12/12/2019).
 
Reuters melansir demand tambahan, terutama dari investor yang tergolong pasif, diperkirakan terjadi pada pekan ini seiring dengan bergabungnya saham Aramco dengan indeks Tadawul dan benchmark global, seperti MSCI.
 
Dalam Initial Public Offering (IPO) pada Rabu (11/12), Aramco melepas 1,5 persen sahamnya di harga 32 riyal Saudi di bursa saham Arab Saudi, Tadawul. Dana segar yang diperoleh perusahaan dari aksi korporasi ini mencapai US$25,6 miliar.
 
Nilai IPO tersebut sekaligus menjadi yang terbesar dalam sejarah, mengalahkan Alibaba saat listing di bursa New York dengan nilai US$25 miliar, pada 2014.
 
Aramco merupakan perusahaan terbesar dan paling menguntungkan di dunia. Namun, valuasinya dinilai tak sebesar yang diklaim oleh Pemerintah Arab Saudi.
 
Sebelum go public pada pekan lalu, valuasi Aramco ditetapkan berada di level US$1,7 triliun. Bahkan, ada beberapa pihak yang menilai valuasinya di bawah posisi tersebut.
 
Firma Bernstein misalnya, menyatakan Aramco hanya memiliki valuasi US$1,36 triliun karena besarnya kepemilikan saham milik Pemerintah Arab Saudi di perusahaan tersebut, yang mencapai 98,5 persen.
 
IPO Aramco merupakan bagian dari rencana kerajaan di Timur Tengah itu untuk mendiversifikasi pendapatannya, yang selama ini bergantung pada minyak.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper